Lihat ke Halaman Asli

Muh. Hanafi

Abdi Negara

Tips Menasehati Anak

Diperbarui: 29 Desember 2022   05:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menasehati anak (Sumber gambar : https://suaramuhammadiyah.id/2021/10/22/timing-yang-tepat-menasehati-anak/)

Ketidaksempurnaan kita sesama manusia hendaknya ini menjadi kesempatan beramal kebaikan untuk kita saling mengingatkan dan menasehati. Tiadalah sempurna setiap manusia, pasti ada saja yang salah. Sudah menjadi tabiat kita, tempatnya lupa dan salah. tak terkecuali pada anak-anak kita. Maka salah salah satu solusinya adalah dengan nasehat. Nasehat menjadi hal umum, tradisi kita, Nasehat bisa kepada siapa saja. Bisa dari yang tua kepada yang muda atau sebaliknya, dan yang terutama dari orang tua kepada anaknya.

Menasehati menjadi salah satu cara efektif dalam berkomunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua idealnya harus lebih mengedepankan dialog atau menasehati dengan lisan dan sedapat mungkin menghindari kontak fisik, memukul misalnya.

Maka selayaknyalah, kita sebagai orang tua menasehati mereka dengan nasehat dengan yang baik, karena dengan nasehat yang baik akan membawa perubahan perilaku anak ke arah yang lebih baik. 

Nah, bagaimana agar nasehat orang tua bisa tersampaikan kepada anak dengan baik. Pertama, lihat kondisi anak yang akan kita nasehati. Misalnya jiwa dan hati anak, apakah dia sedang gundah gulana atau riang gembira. Kemudian dari fisiknya, apakah saat kita nasehati, sedang kecape'an karena baru saja bermain bola, atau mungkin perutnya sedang keroncongan, karena lapar. Nasehat sebaik apapun tidak akan masuk ke dalam telinga dan hati anak-anak kita, jika jiwa dan fisiknya sedang lelah dan lapar. Maka idealnya kondisikan jiwa, hati dan fisiknya terlebih dahulu, agar mereka siap menerima nasehat kita.

Selanjutnya, berikan pujian yang baik kepada anak, jangan misalnya dengan satire, menyinggung-nyinggung perasaan dan hatinya. Malah menjadikan mereka sakit hati. Kalau mereka sudah tidak suka sama kita, nasehat apapun tidak akan diterima olehnya. Maka dengan pujian-pujian yang baik dan menyenangkan, akan menambah ketertarikan dia untuk mendengar dengan baik nasehat kita.

Berikutnya, dalam menasehati mereka, kita lihat umur dan tekhnik atau cara menasehatinya. Anak-anak kita berbeda karakteristiknya. Ada yang kalem dengan cara lemah lembut, ada perlu sedikit tegas cara menasehatinya. Ada pepatah mengatakan, kalau kita punya anak perempuan, saat kecil dia menjadi raja dan saat besar atau remaja dia jadi prajurit. Berbanding jika kita punya anak laki-laki, ketika kecil dia jadi prajurit, tapi ketika besar dia jadi raja. Artinya kurang lebih begini, anak perempuan saat kecil memberi nasehat dengan kelembutan, tapi saat remaja, perlu ketegasan kita sebagai orang tua dalam menasehatinya. Berbanding jika anak laki-laki, ketika mereka kecil kita perlu tegas menasehatinya, sebaliknya di saat remaja, orang tua menjadi fatner atau teman diskusi bagi dia, berikan kebebasan untuk berpikir dan menentukan. Maka sinilah orang tua perlu kejelian untuk memilahnya.

Disisi yang lain, kita sebagai orang tua hendaknyalah dalam menasehati anak jangan di hadapan orang lain, atau mungkin di depan kakak adiknya, atau teman-temannya. Hal ini berdampak pada fsikis atau mentalnya, karena setiap anak punya harga diri yang harus kita hormati. Makin tinggi usianya, maka semakin tinggi harga dirinya. Menasehati anak seusia siswa Taman kanak-kanak sampai usia tingkat sekolah dasar berbeda dengan anak kita yang telah setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Orang tua hendaknya menasehati dengan tersembunyi atau tidak didepan teman-temannya. Perkataan yang baik dan santun, dengan tidak mempermalukan mereka itu sudah membuat mereka merasa dihargai, dan menuruti nasehat yang kita berikan.

Pada intinya kita sebagai orang tua menghindari bentakan dan pukulan fisik. Karena jika itu kita lakukan, maka akan tertutup hati mereka untuk menerima nasehat kita. Dan yang mengkawatirkan mereka  jera akan nasehat kita. Jadi ketika kita menasehati kembali, tidak diperdulikannya lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline