Lihat ke Halaman Asli

Peran Infrastruktur dan Pelatihan dalam Keberhasilan ERP

Diperbarui: 6 Oktober 2024   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri Pangan

Peran Infrastruktur dan Pelatihan dalam Keberhasilan ERP

Perkembangan teknologi informasi di era digital saat ini telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor, salah satunya adalah industri pangan. Dalam konteks ini, adopsi sistem ERP (Enterprise Resource Planning) menjadi sangat penting karena dapat memberikan efisiensi operasional, mengurangi biaya, dan meningkatkan produktivitas. Artikel yang ditulis oleh Haryasena Panduwiyasa dan Rachdian Habi Yahya, yang diterbitkan dalam Jurnal Sistem Informasi Bisnis pada tahun 2023, menyoroti adopsi sistem ERP di industri pangan menggunakan metode UTAUT2 (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology 2) dan analisis PLS-SEM (Partial Least Square Structural Equation Model). Penelitian ini menyoroti bahwa, meskipun manfaat dari sistem ERP sudah terbukti secara global, adopsinya di Indonesia, terutama di industri pangan, masih menghadapi berbagai tantangan. Berdasarkan survei yang melibatkan 292 pelaku industri pangan di Jawa Tengah, penelitian ini berusaha mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan sistem ERP, seperti ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, kondisi fasilitas, dan kebiasaan pengguna. Hasilnya menunjukkan bahwa adopsi teknologi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis, tetapi juga oleh persepsi dan kebiasaan pengguna, yang memainkan peran kunci dalam menentukan keberhasilan implementasi ERP. Melalui kajian ini, penulis menawarkan wawasan penting bagi perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi ini di masa depan, serta memberikan rekomendasi tentang cara mengatasi hambatan yang mungkin muncul dalam proses implementasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Panduwiyasa dan Yahya memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana sistem ERP dapat diadopsi di industri pangan, terutama di wilayah Jawa Tengah. Dengan menggunakan model UTAUT2, mereka mengeksplorasi variabel-variabel penting seperti ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, kondisi fasilitas, kebiasaan, dan nilai harga. Salah satu hasil penting dari penelitian ini adalah ditemukannya bahwa Performance Expectancy (Ekspektasi Kinerja) merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap niat pengguna untuk mengadopsi ERP. Sebanyak 58% responden setuju bahwa ERP membantu meningkatkan efisiensi kerja mereka, yang berdampak langsung pada peningkatan produktivitas perusahaan. Hal ini mendukung argumen bahwa sistem ERP dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan yang menggunakannya, terutama dalam menghadapi persaingan industri yang semakin ketat.

Selain itu, faktor Effort Expectancy (Ekspektasi Usaha) juga menjadi pertimbangan penting. Sekitar 47% responden menyatakan bahwa kemudahan penggunaan sistem ERP mempengaruhi keputusan mereka untuk menggunakan teknologi tersebut. Ini menunjukkan bahwa jika sistem terlalu rumit atau memerlukan waktu lama untuk dipelajari, perusahaan akan kesulitan dalam mendorong adopsi penuh oleh karyawan. Oleh karena itu, pelatihan yang memadai dan dukungan teknis berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa sistem ERP dapat dioperasikan dengan lancar.

Kondisi fasilitas juga memiliki dampak yang signifikan terhadap adopsi ERP, dengan 63% perusahaan yang memiliki infrastruktur teknologi memadai lebih cenderung berhasil dalam mengimplementasikan ERP. Tanpa dukungan teknologi yang memadai, penerapan sistem ERP akan mengalami hambatan teknis yang dapat menghambat proses bisnis secara keseluruhan. Panduwiyasa dan Yahya juga menemukan bahwa kebiasaan memainkan peran besar dalam memastikan keberlanjutan penggunaan ERP. Perusahaan yang karyawannya secara rutin menggunakan sistem ERP menunjukkan tingkat keberhasilan implementasi yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang jarang menggunakan teknologi ini dalam kegiatan sehari-hari.

Dari segi Price Value (Nilai Harga), 39% pelaku industri pangan mengakui bahwa biaya yang terkait dengan implementasi ERP merupakan salah satu kendala utama dalam adopsi teknologi ini. ERP memerlukan investasi awal yang cukup besar, baik dari segi perangkat lunak, perangkat keras, maupun pelatihan. Meskipun demikian, manfaat jangka panjang yang dihasilkan, seperti peningkatan efisiensi dan pengurangan biaya operasional, seharusnya dapat mengimbangi investasi awal tersebut. Dengan kata lain, perusahaan perlu mempertimbangkan nilai manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk implementasi ERP.

Panduwiyasa dan Yahya, melalui pendekatan PLS-SEM, menekankan bahwa faktor-faktor seperti kondisi fasilitas, kebiasaan, dan ekspektasi kinerja memiliki korelasi langsung terhadap penggunaan ERP yang efektif. Ini menunjukkan bahwa adopsi teknologi di industri pangan memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pemahaman teknis serta manajemen perubahan organisasi. Penelitian ini memberi saran penting bagi perusahaan yang ingin mengadopsi ERP untuk fokus pada infrastruktur, pelatihan, serta memperhatikan nilai manfaat bagi karyawan dalam penggunaan teknologi ini.

Kesimpulan dari penelitian Panduwiyasa dan Yahya menegaskan pentingnya adopsi sistem ERP dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas di industri pangan. Meskipun sistem ini menawarkan berbagai manfaat, seperti efisiensi kerja dan integrasi data yang lebih baik, tantangan seperti biaya awal yang tinggi dan kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang memadai masih menjadi penghambat utama. Para peneliti merekomendasikan bahwa perusahaan harus lebih memperhatikan aspek pelatihan dan kesiapan infrastruktur sebelum memutuskan untuk mengadopsi sistem ERP. Dengan pendekatan yang tepat, ERP dapat membantu perusahaan mencapai efisiensi operasional yang lebih baik dalam jangka panjang.

Implikasi dari penelitian ini sangat relevan bagi perusahaan yang berada dalam tahap awal mempertimbangkan adopsi ERP. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti kebiasaan dan ekspektasi kinerja harus menjadi fokus utama dalam strategi adopsi. Perusahaan yang siap secara infrastruktur dan berinvestasi dalam pelatihan karyawan lebih mungkin untuk berhasil dalam mengimplementasikan ERP. Selain itu, perusahaan harus melakukan analisis biaya-manfaat yang matang untuk memastikan bahwa investasi dalam ERP sebanding dengan peningkatan produktivitas yang diharapkan. Penelitian ini memberikan peta jalan yang jelas bagi industri pangan di Indonesia untuk lebih berdaya saing melalui teknologi.

Referensi

Panduwiyasa, H., & Yahya, R. H. (2023). Analisis adopsi sistem ERP dalam mengoptimasi industri pangan menggunakan SEM dan model UTAUT2. Jurnal Sistem Informasi Bisnis, 01, 10-19. https://doi.org/10.21456/vol13iss1pp10-19

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline