Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Budaya Mempengaruhi Sepakbola Indonesia

Diperbarui: 28 September 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki basis penggemar sepakbola terberat, bukan hanya di asia tenggara, tapi juga di dunia. Walaupun prestasi timnas tidak bisa dikatakan mentereng, namun animo masyarakat terhadap sepakbola begitu tinggi. Mengendalikan tumbuhnya suporter sepakbola di tanah air bukanlah perkara yang mudah. Selain karena olahraga sepakbola sangat diminati warga Indonesia sebagai olahraga yang mudah dan murah membuat pertumbuhan supporter di Indonesia melejit tiap waktunya.

Bicara mengenai supporter, akan sulit rasanya tanpa mengaitkannya dengan sikap fanatik. Sebagaimana yang kita ketahui, klub di Indonesia itu bukan hanya membawa nama klub nya, tetapi juga sebagai perwakilan identitas ke daerahannya. Apalagi hampir di setiap kota, ada sebuah tim sepakbola yang menjadi kebanggaan warga setempat.

Sebut saja PSM Makassar yang menjadi perwakilan orang Bugis, Persebaya Surabaya mewakili Jawa Timur bagian pesisir yang sedikit terkikis oleh pengaruh budaya Madura, Persib Bandung mewakili orang Sunda, Persipura Jayapura yang menjadi kebanggaan rakyat Papua, PSMS Medan yang merupakan kehormatan untuk orang Batak, Persiraja Banda Aceh mewakili orang Aceh.

Bukan hanya jati daerah yang dibawa, kadang filosofi hidup daerah tersebut terseret ke dalam lapangan hijau.

PSMS Medan terkenal sebagai kesebelasan yang keras, lugas, dan militant saat bermain, tak berbeda dari mayoritas sifat orang Medan yang keras dan tegas.

Sementara budaya siri, sangat kental dalam permainan PSM Makassar. Bahkan dalam beberapa kesempatan, para pemainnya lebih baik dikartu merah daripada tidak melakukan aksi pembalasan saat dikasari di lapangan.

Klub Persiraja Banda Aceh pun mengajukan beberapa persyaratan yang salah satunya akan bersedia main jika setelah sholat isya, sesuai dengan filosofi kekentalan islam yang ada di Aceh.

Itulah yang membuat supporter di Indonesia begitu fanatik. Kita memang tidak bisa menampik kenyataan tersebut. Walau Bhineka Tunggal Ika didendangkan jutaan kali pun, tetap saja rasa etnosentrisme itu pasti ada.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline