Makna Mu'tazilah
Mu'tazilah berasal dari bahasa arab yaitu I'tazalah yang berarti berpisah atau memisahkan. Secara etimologi mu’tazilah bermakna orang-orang yang memisahkan diri. Makna memisahkan diri yaitu pendiri mu’tazilah, Washil bin Atha’ memisahkan dirinya dengan guru nya yaitu Hasan Basri dalam urusan apakah pelaku dosa besar termasuk kafir atau bukan. Muktazilah berpendapat bahwa seorang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir.
orang itu bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi di antara keduanya, , maka dari itu muktazilah berpendapat, di tengah-tengah pendapat Khawarij dan Murjiah. Orang Muslim yang berdosa besar tak ada tempat di antara surga dan neraka, sehingga dimasukan ke dalam neraka, tetapi siksaannya lebih ringan dari siksaan terhadap orang kafir Mu’tazilah sempat memiliki pengaruh yang besar pada abad ke-8 M hingga ke-10 M.
Muktazilah berkembang ketika peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya di era keemasan Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Penamaan istilah mu’tazilah sebenarnya sudah muncul sekitar 1 abad sebelum munculnya mu’tazilah yang di pelopori oleh Washil bin Atha’.
Julukan mu’tazilah saat itu ialah di tujukan kepada suatu kelompok yang tidak ingin ikut campur dalam urusan politik, dan hanya fokus pada kegiatan dakwah ibadah saja. Julukan ini sebenarnya lebih di khususkan kepada mereka yang menolak untuk ikut campur dalam urusan perang, yaitu perang jamal yang terjadi antara Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Siti Aisyah, dan perang siffin antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan pasukan Muawiyah
Sejarah Munculnya Aliran Mu'tazilah
Menurut sejarah mu’tazilah muncul sekitab abad 2 hijriyah. Pada penghujung abad 1 hijriyah persoalan tentang teologi menjadi suatu topik yang sedang hangat diperbincangkan oleh para ulama. Persoalan saat itu ialah tentang status seorang mukmin yang melakukan dosa besar apakah tetap dalam keadaan mukmin atau kafir. Persoalan ini pun muncul di majlis taklim yang dipimpin oleh seorang ulama bernama Hasan al-Bashri. Ketika itu salah satu peserta majlis taklim tersebut menanyakan perihal apa status seorang mukmin yang melakukan dosa besar.
Ketika Hasan al-Bashri sedang berfikir dari pertanyaan tersebut, seorang yang bernama Washil bin Atha’menjawab bahwa status seorang mukmin tersebut bukan lah seorang mukmin yang sempurna dan juga bukan seorang kafir yang sempurna atau dalm artian seseorang tersebut bukanlah mukmin dan bukan kafir. Ia berada pada dua posisi yang di sebut dengan al-manzilah baina manzilatain. Setelah mengungkapkan pendapatnya Washil bin Atha’ pun meninggalkan majlis tersebut.
Respon dari Hasan al-Bashri saat itu ia berkomentar dengan berkata: I’tazala ‘Anna Washil (Washil telah memisahkan diri dari kita). Sejak peristiwa itulah washil dan para pengikutnya di namai dengan nama mu’tazilah yang menurut sebagian besar sejarahwan sebagai faktor utama lahirnya aliran mu’taziah ini. Menurut versi al- Baghdadi washil bin Atha’ dan temannya yaitu ‘Amr ibn ‘Ubaid di usir oleh Hasan al-Bashri dari majlisnya karena perbedaan pendapat tentang qadar dan status seorang mukmin yang melakukan dosa besar, yang kemudian washil bin Atha’ dan temannya yaitu ‘Amr ibn ‘Ubaid menjauhkan diri dari Hasan al-Bashri. Maka mereka pun di sebut dengan nama mu’tazilah
Kitab Induk Mu'tazilah( USHULUL KHAMSAH )
Nama lengakap ‘Abdul Jabbar adalah Abu al-Hasan ‘Abd alJabbar ibn Ahmad ibn ‘Abd al-Jabbar ibn Ahmad ibn al-Khalil ibn ‘Abd Allah al-Hamzani al-Asadabi. Tentang kelahiran Abdul Jabbar belum ada data yang pasti, namun diperkirakan beliau lahir sekitar tahun 320- 325 hijriyah dan beliau wafat di kota Ray pada tahun 415 hijriyah. Beliau di lahirkan di kota Asadabad di daerah Hamazan, Khurasan, Iran. Abdul Jabbar, mulanya belajar di Hamazan dan Isfahan (keduanya di Iran), lalu pindah ke Basrah, dan Bagdad untuk memperdalam keilmuannya.