Lihat ke Halaman Asli

Emhafis

Marhaenis Kediri

Membantah Stereotip GMNI

Diperbarui: 6 September 2024   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

GMNI.COM

Sebelum itu mari kita pekikkan salam perjuangan kita;

Merdekaa!!

Gmni Jayaa!!

Marhaen Menangg!!

Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMNI) salah satu organisasi mahasiswa yang berdiri dari peleburan tiga organisasi mahasiswa berpaham sukarnoisme, yang lahir pada tahun 1954. Gmni mempunyai asas fundamental didalam gerakanya yang berwatak nasionalisme dan berpaham marhaenisme. Satu satunya organisasi mahasiswa yang merawat pikiran pikiran Sukarno, yaitu Marhaenisme yang menjadi paham dari Gmni. Sepak terjang GMNI dalam peradaban indonesia sangatlah berliku, terutama pada zaman Orde baru, yang menyingkirikan seluruh aliran paham kiri, terlebih lagi aliran yang mengikuti pikiran pikiran sukarno, tetapi GMNI mampu mempertahankan eksistensi dan nilai nilainya hingga saat ini. Sayangnya diera sekarang GMNI menjadi objek dari stereotip mahasiswa ataupun dari kalangan tertentu, yang kemudian menyandingkan GMNI dengan Partai Politik, dan seolah olah GMNI ini tidak murni dalam gerakanya. 

Simbolik dari GMNI yang melekat adalah warnanya yang menjunjung sang dwi warna dan logo banteng mengahadap kekiri. Pandangan pandangan picik menilai GMNI ini terafiliasi oleh Parpol yaitu PDIP, yang sama sama bersimbol banteng. Yaa memang GMNI dan PDIP adalah sama sama berpaham Marhaenisme, tetapi GMNI tetap dengan tegas adalah Organisasi Mahasiwa yang independen dan otonom, berdikari dan Merdeka, tanpa adanya supraorganisasi yang mengatasinya. GMNI pada zaman orde lama memang menjadi underbow dari Partai Nasional Indonesia (PNI), yang didirikan oleh Sukarno, tetapi sejak dekrit presiden sukarno, yang kemudian menyebabkan seluruh partai dibubarkan, termasuk PNI, maka GMNI dideklarasikan kembali menjadi Organisasi yang independen dan absolut berdikari tanpa terafiliasi oleh partai dan aliran organisasi apapun. 

Pada zaman zaman perjuangan sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia menjadi suatu bangsa yang inheren dengan komunalitas kawanan banteng, dengan warna kulit sawo matang dan kekuatan massa aksinya dimetaforakan dengan kawanan banteng. Banteng dalam simboliknya mempunyai arti nilai, yaitu menggambarkan kekuatan massa aksi yang bermiliun miliun, yang mampu mendobrak kekuatan musuh itu dengan tekat yang tertancap ditanduknya. Pada saat zaman kolonial, satu satunya cara untuk mendobrak dan mengusir penajajah adalah dengan persatuan, dengan massa aksi yang berjuta juta rakya indonesia itu, maka dengan demikianlah simbolik banteng yang menanduk kekiri sangatlah melekat pada zaman zaman perjuangan melawan kolonialis dan imperialis. 

Bung karno pernah mengatakan bahwa, "Bangsa yang beradab adalah yang tidak melupakan sejarah pahlawanya", sejarah akan terus bersiklus dan akan terulang, pengetahuan sejarah janganlah luput dari edukasi pendidikan, dan kebenaran sejarah haruslah dimenangkan oleh peradaban, kalupun kebenaran belum terungkap, maka hanyalah waktu yang bisa mengungkap. Banteng banteng front marhaenis akan terus berperan dalam setiap peradaban indonesia, dan akan setiap waktu menghunus tanduknya, oleh siapa saja yang menghalangi peradaban indoensia menuju kepada bintang penunjuk arah, yaitu kemerdekaan rakyat indonesia, dan kemenangan marhaen indonesia. 

Cukuplah guratan ini tertuang, semoga menjadi edukasi dalam pengetahuan sejarah, dan bisa meluruskan stereotip yang merebak disetiap kalangan. Seorang filsuf pernah mengatakan "walaupun seseorang hidup 1000 tahun, tetapi tidak mengetahui (kebenaran) sejarah, maka sesungguhnya hidupnya tanpa menggunakan akal". 

#Jas Merah (jangan sesekali melupakan sejarahh)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline