Pendidikan abad ke 21 merupakan pendidikan yang difokuskan kepada keaktifan partisipasi peserta didik. Namun, Apakah penerapan pendidikan saat ini sudah berfokus kepada kemerdekaan peserta didik? Seringkali kasus yang kita temui terkait dengan kurikulum yang menghimbau agar pembelajaran yang difokuskan kepada peserta didik malah membuat pendidik menjadi kurang bertanggung jawab.
Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap yang mana guru hanya memerikan perintah saja untuk peserta didik belajar secara mandiri dan mengerjakan tugas secara mandiri. Realita tersebut bukanlah pembelajaran berbasis peserta didik tetapi suatu bentuk tindakan yang mana menunjukkan bahwa pendidik tidak memerdekakan peserta didik. Hal ini lah yang disebut dengan dehumanisasi pendidikan.
Dehumanisasi pendidikan merupakan suatu proses pendidikan yang tidak memanusiakan peserta didik untuk tumbuh sesuai kodratnya. Pada hal ini, dehumanisasi pendidikan mulai berjalan ketika pendidik mulai acuh tah acuh kepada proses dari peserta didik itu sendiri. Hal ini tentu berkebalikan dengan prinsip pendidikan dimana proses peserta didik dalam belajar merupakan suatu yang penting.
Dengan demikian pendidik harus menjadi sosok yang bisa menuntun peserta didik dan menjadi fasilitator yang baik. Dehumanisasi pendidikan bersebrangan dengan filosofi pendidikan Ki Hajjar Dewantara. Di mana Ki Hajjar Dewantara mengemukakan sistem among yang mana berarti proses mendidik peserta didik agar dituntun dengan kasih sayang untuk tumbuh sesuai dengan kodratnya agar mencapai kebahagiaan.
Sistem among ini menjadi suatu hal yang dijadikan landasan bagi seorang manusia ketika mereka ingin menjadi seorang guru. Mengingat seorang pendidik bukan hanya bekerja menunaikan kewajibannya untuk pergi ke seklah, tetapi mereka mempunyai tanggung jawab moral untuk mememberikan kasih dan sayang kepada peserta didik.
Seorang pendidik harus bisa menuntun peserta didik untuk mengembangkan dirinya sesuai kodrat dan potensinya. D samping menuntun dan mengembangkan juga harus bisa memberikan pembelajaran yang aman dan menyenangkan.
Seorang pendidik harus mendampingi, merawat dan menjaga peserta didik serta mendoakan dan memberikan harapan untuk mereka. Dengan demikian guru perlu menerapkan karakter yang baik dengan cara, guru di depan peserta didik memberikan contoh, Guru di tengah membangun kehendak, guru di belakang memberikan dorongan dan motivasi.
Guru Di Depan Menjadi Contoh
Seorang pendidik memegang prinsip pertama yaitu "Ing Ngarso Sung Tuladha" yang memiliki makna bahwa seorang guru harus menjadi sosok yang memberikan tauladan yang baik kepada peserta didik. Pendidik harus memahami bahwa peserta didik bisa saja meniru dan berlaku yang sama sesuai dengan apa yang dilakukan oleh peserta didik.
Dengan demikian, seorang pendidik harus menjaga segala tingkah laku baik perkataan maupun perbuata. Dengan memberikan contoh yang baik maka peserta didik akan mendapatkan pembelajaran hal yang baik pula dalam budi pekerti dan tingkah laku. Implikasinya dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah, seorang guru bisa menunjukkan sikap jujur, saling menyapa, tepat waktu, dan tolong menolong antar sesama.
Guru Di Tengah Membangun Kehendak