Lihat ke Halaman Asli

Muhammad FishalPutra

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan yang Mewujudkan Cita-Cita

Diperbarui: 22 April 2024   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS


Setiap manusia memiliki tujuan masing-masing. Mereka hidup untuk menggapai sesuatu yang menurut mereka bisa memberikan kebahagiaan dalam hidup mereka. Tujuan atau Impian dari setiap manusia disebut dengan cita-cita. Cita-cita ini penting untuk dimiliki manusia terutama peserta didik. Hal ini didasari bahwa peserta didik merupakan penerus bangsa yang menjadi pondasi dimana bangsa ini akan dijalankan.

Peserta didik harus memiliki jiwa semangat dan ambisi dalam mewujudkan cita-cita. Hal tersebut menjadi bahan bakar utama agar mereka termotivasi dan berusaha keras dalam menggapai cita-cita tersebut. Dengan hidup yang sudah memiliki sesuatu yang ingin digapai, mereka menjadi terstrutktur dan mempunyai tahapan rencana yang akan di jalankan. Dimana tercapainya cita-cita tentu tidak akan tercapai tanpa adanya sebuah usaha untuk menggapainya. Pada hal ini peran pendidikan menjadi sangat krusial dalam membantu peserta didik menggapai cita-cita mereka masing-masing.

Pendidikan memegang prioritas utama dalam membantu peserta didik menggapa cita-cita. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia (Wijaya, dkk 2016). Dengan demikian, pendidikan harus diolah sebaik mungkin agar bisa tercapaina tujuan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda. Apalagi di abad ke 21 yang mengharuskan peserta didik untuk memiliki ketrampilan 6C yaitu berpikir kritis, komunikasi, kreatif, kolaborasi, pendidikan karakter dan citizenship (Syavira dkk, 2023). Dengan melihat kebutuhan peserta didik tersebut, Indonesia mengalami perubahan kurikulum, dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka.

Pada saat ini Indonesia menerapkan kurikulum merdeka. Dimana kurikulum ini di design untuk memberikan kesempatakan kepada peserta didik untuk belajar dengan menyenangkan dan sesuai dengan bakat masing-masing. Pada kurikulum merdeka berfokus kepada kebebadan dan pemikiran yang kreatif. Hal ini tentu sangat menunjang terhadap proses menuju penggapaian cita-cita dari masing-masing peserta didik. Peran pendidik di kurikulum merdeka sangat krusial dimana mereka menjadi fasilitator agar mereka termotivasi dalam menggapai tujan hidup masing-masing. Oleh karena itu, Pendidik harus melakukan hal-hal sebagai berikut:

Pendidik Memberikan Motivasi yang Menghidupkan Cita-Cita Peserta Didik

Sebagai seorang pendidik di abad ke 21 tentu kita harusmenyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang berbeda. Apalagi di kurikulum merdeka yang mana berfokus kepada pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi ini merupakan usaha untuk memberikan kebebasan pemikiran dan kreativitas dari peserta didik. Peran guru disini sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator yang baik tentu pendidik harus bisa memotivasi peserta didik untuk bercita-cita.
Pendidik harus menjadi dorongan bagi peserta didik untuk menggapai cita-cita mereka. Sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu "Tut Wuri Handayani". Filosofi ini bermakna bawa dalam pendidikan, pendidik harus memberika dorongan kepada peserta didik. Jika kita berkaca pada kasus di era sekarang, terlebih lagi Gen  z yang kekurangan motivasi atas cita-cita mereka. Maka peran guru disini menjadi sangat emosional. Pendidik harus memberikan stimulus dalam pembelajaran guna meningkatkan motivasi peserta didik untuk bercita-cita.

Pembelajaran yang Berfokus Kepada Peserta Didik

Pembelajaran di kurikulum merdeka berbeda denga kurikulu sebelumnya. Jika di kurikulum sebelumnya yang lebih aktif adalah pendidik maka di kurikulum merdeka ini yang menjadi pelaku utama adalah peserta didik atau pembelajaran SCL (StudenCentered Learning). Pembelajaran SCL merupakan pembelajaran yang peserta didik menjadi subjek pembelajaran dengan demikian mereka dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator dalam menyediakan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Pembelajaran SCL ini memberikan dampakyang positif, mengingat peserta didik yang diberikan kebebasan dan fasilitas untuk menggali sendiri ilmu pengetahuan. Dengan demikian, peserta didik dapat memiliki pengetahua yang mendalam dan mampu meningkakan kualitas mereka. Di pembelajaran SCL ini terbukti meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah.

Pembelajaran Berbasis Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengedepankan ahlak dan moral dari peserta didik. Dengan demikian, peserta didik bisa memiliki pribadi yang unggul. Oleh karena itu, pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mendidik peserta didik guna membangun pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline