Lihat ke Halaman Asli

Resensi Film "Soul" 2020

Diperbarui: 3 Maret 2021   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                 Gambar film Soul (Sumber : micechat.com) 

Disney+ Hotstar secara eksklusif merilis film Soul pada 25 Desember 2020 kemarin demi mendukung perayaan hari Natal di rumah saja. Sebenarnya film yang dibintangi oleh Jamie Foxx ini direncanakan tayang di bioskop pada pertengahan 2020 lalu. Akibat adanya pandemi COVID-19, film tersebut akhirnya diundur dan kemudian rilis secara streaming di Disney+.

Soul adalah film animasi komputer petualangan komedi fantasi Amerika Serikat tahun 2020 yang diproduksi Pixar Animation Studios untuk Walt Disney Pictures. Film ini disutradarai Pete Docter dan diproduksi Dana Murray. Di Indonesia, film ini juga tersedia versi sulih suara dalam bahasa Indonesia di Disney+ Hotstar. Film ini menerima ulasan yang sangat positif dari para kritikus, dengan pujian untuk animasi, cerita, akting suara, dan musiknya.

Pengisi suara dalam beberapa tokoh di Soul ini juga tidak sedikit, antara lain Jamie Foxx sebagai Joe Gardner, Tina Fey sebagai 22, Questlove sebagai Curly, Phylicia Rashad sebagai ibu Joe, Daveed Diggs sebagai Paul, Angela Bassett sebagai Dorothea Williams, Richard Ayoade sebagai Jerry, Cody Chesnutt sebagai penyanyi dengan gitar, Selain itu, John Ratzenberger telah berperan dalam peran yang dirahasiakan.

Film Soul berkisah mengenai kehidupan manusia di bumi dan kehidupan setelahnya ketika manusia telah menjadi jiwa (soul). Cerita berfokus pada seorang pria paruh baya bernama Joe Gardner (Jamie Foxx) yang memiliki tujuan hidup sebagai pianis jazz untuk tampil di muka umum.

Sejak kecil Joe percaya bahwa ia hidup ditakdirkan sebagai pianis jazz. Ia berusaha dengan melewati berbagai tahap, salah satunya menjadi guru musik paruh waktu Sekolah Menengah Pertama. Pada suatu hari, dia tiba-tiba mendapatkan panggilan dari murid lamanya untuk tampil di atas panggung dengan salah satu musisi jaz ternama. Gardner yang sudah bermimpi untuk menjadi seorang musisi jaz sejak masih kecil tentu saja antusias dengan tawaran tersebut dan enggak menolaknya.

Ia senang ketika berkesempatan tampil mendampingi musisi jazz kenamaan. Sayangnya ketika tengah mempersiapkan penampilan pertamanya, Joe tidak sengaja jatuh ke dalam lubang. Ia kemudian menemukan dirinya sebagai jiwa yang pergi menuju "Great Beyond". Karena merasa belum pantas mati, masih punya banyak keinginan dalam hidup yang belum tercapai, maka Joe berusaha mencari jalan untuk hidup lagi.

Lari dari Great Beyond, Joe malah terdampar di alam Great Before, tempat para jiwa yang sebelum dilahirkan ke dunia, mendapatkan kepribadian dan 'sparks'. Di sini kesalahpahaman muncul, Joe yang seharusnya sudah ditransfer ke alam baka, malah dikira mentor bagi jiwa-jiwa belum bernama. Joe pun diberikan tugas melatih jiwa no. 22  (Tina Fey) untuk menemukan spark-nya sebagai badge terakhir, tiket untuk turun ke bumi.

Oya, FYI, jiwa no. 22 merupakan jiwa paling ndableg, ngeselin, dan paling nggak tahu kenapa jiwa-jiwa lain semangat banget turun ke bumi yang sumpek, penuh dosa, pokoknya isinya negatif semua (we can't blame her). Semua mentor terdahulunya macam Abraham Lincoln, hingga Mother Teresa aja nyerah sama jiwa satu ini. Mampukah Joe melatihnya? Pengalaman melatih si no.22 inilah yang akhirnya mengubah pandangan Joe terhadap tujuan hidupnya.

Joe mungkin telah kehilangan nyawanya, tetapi dia belum siap untuk menyerah pada takdir. Ia juga ingin menunjukkan kepada 22, bahwa hidup layak untuk diperjuangkan karena ia memiliki api semangat dan cinta untuk banyak hal. Sementara 22 akhirnya dipaksa untuk mencicipi kehidupan melalui tubuh Joe meskipun awalnya belum bisa menemukan alasannya untuk hidup di dunia. 22 juga bisa mengakses banyak informasi terkait memori dari guru musik ini. Ketika mereka berpetualang bersama, rupanya banyak momen yang ternyata baru bagi kedua tokoh tersebut, tak terkecuali Joe, yang sudah bertahun-tahun hidup sebagai manusia. Hal ini termasuk bagaimana ia kemudian bisa jujur kepada orang-orang terdekatnya, hingga dirinya sendiri.

Disutradarai oleh Pete Docter yang juga menggarap film Up dan film Inside Out, Soul mungkin agak berat jika disebut sebagai film keluarga pengisi liburan. Film Soul mengajak penontonnya untuk berpikir ulang mengenai tujuan hidup mereka di dunia ini. Lewat serangkaian dialog cepat dengan alur yang terus maju, adegan demi adegan di film ini mampu menyentuh perasaan yang menontonnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline