"Entah sudah berapa lama saya berharap kepadanya, pada akhirnya dia tetap menghiraukan diriku ini dengan semua kekurangan yang kumiliki."
Kalimat ini selalu teringat setiap malam sebelum memejamkan mata. Meskipun sudah berusaha sebanyak mungkin untuk melupakannya, tapi hati ini malah terasa semakin sakit.
Andaikan dulu dia tidak memberikan perhatian yang berlebih, mungkin saya tak akan terlalu berharap banyak. Toh di luar sana masih banyak wanita yang lebih baik dan lebih cantik darinya.
Tapi apalah daya, ibarat nasi sudah menjadi bubur, saya lebih mengharapkannya daripada mencari penggantinya.
Ucapannya dalam telepon 6 tahun lalu masih teringat jelas bahwa dia ingin bertemu dan ingin pulang bersama setelah selesai mengikuti seleksi SBMPTN di Semarang. Namun, situasi dan kondisi pada saat itu tidak menguntungkan sama sekali.
Meski sudah berulang kali melayangkan permintaan maaf, tapi dia tetap diam dan tak sepatah kata pun terucap, bahkan ia semakin terlihat cuek saat bertemu.
Ahhh sudahi saja kisah ini......
Saat ini saya hanya bisa melihat teman seangkatan satu demi satu mulai mengakhiri masa lajangnya. Pada dasarnya saya juga ingin mengharapkan hal yang sama seperti mereka, tapi rasa ini masih dilema. Antara terus berharap kepadanya atau mencari penggantinya.
Bayangkan 6 tahun lamanya hanya berharap dengan seorang wanita yang selalu menghiraukan diriku. Mungkin ini yang dinamakan kesetiaan atau malah hanya kesia-siaan semata.
Namun, beberapa waktu lalu sempat mendapatkan kabar dari teman seperjuangan jika dia saat ini masih jomblo dan belum dipingit oleh siapapun. Bagaikan 'Pucuk dicinta ulam pun tiba', mungkin ini yang dinamakan takdir.