Lihat ke Halaman Asli

Sangat Terobsesi dengan Budaya Jepang tapi Tak Mau Dianggap Wibu

Diperbarui: 12 Desember 2023   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: lancangkuning.com

Budaya Jepang telah menjadi salah satu budaya yang sangat populer di seluruh dunia. Dari anime, manga, makanan, hingga teknologi, dan semua hal yang berhubungan dengan Jepang selalu menarik perhatian banyak orang. Namun, tidak sedikit juga yang menganggap orang-orang yang terobsesi dengan budaya Jepang sebagai wibu seringkali dianggap sebagai kata yang merendahkan dan menghina. Sebagai seseorang yang sangat terobsesi dengan budaya Jepang, hal ini tentu sangat tidak menyenangkan.

Apakah benar seseorang bisa sangat terobsesi dengan budaya Jepang tanpa dianggap sebagai seorang wibu? 

Sebelum memahami apakah benar seseorang bisa terobsesi dengan budaya Jepang dan tidak dianggap sebagai wibu, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu wibu. Wibu merupakan singkatan dari weeaboo, yang berasal dari istilah Jepang "weeaboo", yang memiliki arti orang asing yang obsesi terhadap budaya Jepang dan seringkali menganggap dirinya sebagai orang Jepang.

Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 2005 dan sering digunakan untuk menghina orang-orang yang sangat terobsesi dengan budaya Jepang dan seringkali mengabaikan budaya lain.

Sekarang, apakah benar seseorang yang sangat terobsesi dengan budaya Jepang tidak dianggap sebagai wibu? Jawabannya adalah tergantung pada bagaimana kita menunjukkan rasa obsesi tersebut. Jika kita memahami dan menghargai budaya Jepang dengan bijak, maka tidak ada masalah dan tidak akan dianggap sebagai wibu. Namun, jika kita mulai mengubah nama kita menjadi Jepang atau menganggap diri kita sebagai orang Jepang dan menghina budaya lain, maka akan sangat mudah bagi orang lain untuk menganggap kita sebagai wibu.

Sebenarnya, menjadi terobsesi dengan budaya Jepang tidaklah buruk. Budaya Jepang memiliki banyak hal yang menarik dan patut dihargai. Tapi masalahnya terletak pada bagaimana kita mengekspresikan rasa obsesi tersebut. Jika kita mulai menghina budaya lain dan menganggap diri kita sebagai orang Jepang, maka kita akan dianggap sebagai wibu. Sebaliknya, jika kita memahami dan menghargai budaya Jepang dengan bijak, maka tidak ada masalah dan kita tidak akan dianggap sebagai wibu.

Selain itu, sebagai seseorang yang sangat terobsesi dengan budaya Jepang, kita juga harus memahami bahwa budaya Jepang bukanlah satu-satunya budaya yang patut dihargai. Ada banyak budaya di dunia yang memiliki keunikan dan keindahan masing-masing. Kita tidak boleh menganggap budaya Jepang sebagai yang terbaik dan mengabaikan budaya lainnya. Sebagai gantinya, kita harus belajar untuk menghargai dan memahami budaya-budaya lain juga.

Jadi, mari kita nikmati saja dalam mempelajari budaya Jepang dengan bijak dan tidak menghakimi orang lain yang memiliki rasa obsesi yang sama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline