Lihat ke Halaman Asli

Arca Nenek Moyang, Tidak Hanya Sebuah Medium Perantara Doa pada Zaman Dulu

Diperbarui: 15 November 2023   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

arca nenek moyang di sri baduga/dokpri

Seperti yang kita ketahui sebuah arca merupakan salah satu peninggalan sejarah yang masih banyak diabadikan dalam sebuah museum, termasuk salah satunya adalah museum Sri Baduga Bandung. Sesuai tema yang diangkat pada artikel kali ini, arca nenek moyang sebagai salah satu objek bersejarah yang akan kita analisis pada artikel kali ini. 

Tidak hanya dari segi atau nilai sejarah dan budayanya, akan tetapi bisa saja dari nilai-nilai lain yang belum sempat kita temui karena kita belum menelaah atau menjelajahi tentang arca nenek moyang ini lebih dalam. 

Arca memang pada dasarnya memang banyak dan umumnya digunakan sebagai medium atau perantara untuk melakukan komunikasi atau berdoa pada dewa atau hal yang mereka percayai, begitulah kurang lebih kegunaan arca pada masanya waktu itu. Akan tetapi kami ingin mencari tahu apakah di masa sekarang masih ada kegunaan lain yang mungkin memang masih relevan untuk diaplikasikan pada masa sekarang.

 Alasan saya mengangkat tema ini adalah untuk menunjukkan pada khalayak banyak, bahwa benda bersejarah yang terfokus dalam hal spiritualis sekalipun atau yang dalam konteks ini adalah sebuah arca nenek moyang, dapat kita gunakan atau setidaknya masih relevan di masa sekarang. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek baik itu dalam hal pertukaran kebudayaan ataupun dalam segi pelajaran atau ilmu pengetahuan.

 Bila kita membahas mengenai budaya dan diberikan definisi secara resmi, budaya dapat diartikan sebagai suatu sistem yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, pengalaman, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi, dan kepemilikan yang diteruskan dari satu kelompok besar orang ke generasi berikutnya melalui upaya bersama baik dari individu maupun kelompok (Mulyana, 1996).

 Arca Nenek Moyang, dalam perbandingan dengan monumentalitas Arca Nenek Moyang yang diukir dari batu dan diartikan sebagai wujud persembahan serta simbolisasi keutuhan yang berdimensi sakral, menjadi sorotan dalam pemahaman budaya. Dalam konteks ini, penekanan pada Arca Nenek Moyang memberikan perbandingan yang lebih mendalam dan mempertegas pengenalan warisan budaya sebagai entitas multiaspek yang melibatkan dimensi sejarah, budaya, filosofis, dan berbagai aspek kehidupan manusia.

 Pemilihan tema ini tidak semata-mata tanpa alasan. Terdapat keinginan kuat untuk menginformasikan kepada audiens, khususnya para pembaca artikel ini, bahwa di balik keberadaan sebuah patung atau arca, tersimpan nilai-nilai yang melampaui hanya keindahan fisik. Patung tersebut menjadi wakil dari nilai-nilai sejarah, budaya, dan filosofis, yang sayangnya sering terabaikan dalam kesibukan kehidupan sehari-hari. Keengganan atau bahkan ketidakmampuan sebagian orang untuk mengakui hal ini menyebabkan peninggalan bersejarah semakin terhapus dari permukaan, kehilangan relevansinya dalam konteks zaman yang terus berubah.

 Perspektif alternatif yang relevan juga menyajikan pandangan yang mengemukakan bahwa kebudayaan bukanlah sekadar suatu entitas yang terbatas pada dimensi fisik atau materi. Lebih jauh, kebudayaan diartikan sebagai suatu realitas yang melibatkan aspek-aspek intelektual dan budi manusia. Dalam konteks ini, kebudayaan menjadi totalitas ide dan pencapaian manusia yang membutuhkan pemahaman mendalam melalui serangkaian proses pembelajaran .

 Makna kebudayaan tidak hanya mencakup produk fisik yang terlihat, melainkan juga melibatkan seluruh spektrum hasil kreativitas manusia. Hal ini mencakup ide-ide penuh makna, nilai-nilai yang mengarahkan tindakan, norma-norma yang mengatur perilaku, peraturan yang membentuk struktur masyarakat, dan pola perilaku manusia dalam berbagai konteks sosial. Sebagai tambahan, konsep ini melibatkan pula benda-benda yang dihasilkan oleh daya kreatifitas manusia.

 Pentingnya proses pembelajaran dalam memahami kebudayaan menekankan bahwa kekayaan intelektual dan spiritual manusia tidak dapat diabaikan. Seluruh hasil budi dan karya manusia dianggap sebagai bagian integral dari kebudayaan, yang secara keseluruhan membentuk identitas suatu masyarakat atau kelompok. Oleh karena itu, kebudayaan bukanlah sekadar sekumpulan objek dan artefak, melainkan suatu warisan abstrak yang mencakup semua aspek kehidupan manusia (Kistanto, 2017).

 Dalam sudut pandang ini, kebudayaan menjadi suatu entitas yang hidup dan berkembang, terus bertransformasi melalui generasi-generasi yang saling mewariskan pengetahuan dan nilai-nilai. Proses ini melibatkan upaya bersama baik dari individu maupun kelompok, membangun suatu keterhubungan kompleks antara satu generasi dengan generasi berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline