Lihat ke Halaman Asli

Berakhirnya Rezim Otoriter di Libya

Diperbarui: 2 Maret 2023   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika membahas tentang konflik, Libya adalah salah satu hal yang menarik untuk dibahas. Libya adalah sebuah negara di Afrika Utara yang berdiri sejak Desember 1951. Libya sendiri merupakan negara yang kaya akan minyak dan gas. 

 Konflik ini disebabkan oleh sikap pemerintahan Muammar Khadafi. Muammar Khadafi adalah Presiden Libya yang memerintah selama 34 tahun lamanya sejak tahun 1961 saat ia mengkudeta Raja Idris I yang terkenal otoriter. Khadafi digadang gadang oleh rakyat Libya dengan misi demokratis dan sebagai pemimpin yang ideal.

 Pada awalnya, Muammar Khadafi membawa banyak perubahan positif dan dampak besar kepada Libya. Contohnya saja, Khadafi mengubah sistem pemerintahan Libya menjadi Islamic Socialism yang menggunakan nama Third Universal Theory dimana sistem ini menggabungkan islam ortodoks, sosialisme revolusioner, dan nasionalisme arab.

 Dari segi ekonomi, Khadafi berhasil memaksimalkan sumber daya Libya yaitu industri minyak dan gas. Minyak dan gas yang awalnya dieksploitasi oleh perusahaan asing, dipaksa oleh Khadafi untuk menyesuaikan kembali kontrak dan mengancam akan menutup produksi perusahaan asing apabila tidak menuruti kehendak Khadafi.

 Kebijakan-kebijakan Khadafi membuat Libya menjadi semakin maju dengan pendapatan dan infrastruktur yang semakin meningkat seperti sekolah, rumah sakit, proyek air ke daerah gurun dan banyak lagi.

 Kekayaan yang melimpah ruah membuat Khadafi menjadi gelap mata, ia mulai menyalahgunakan pendapatan negara untuk tindakan diluar kepentingan negara seperti mendanai dan memberikan pelatihan gerakan kelompok separatisme di berbagai negara.

 Tindakan ini dikecam oleh banyak negara sekaligus membuat nama negara Libya menjadi buruk di mata internasional, Khadafi pun dinyatakan bersalah oleh PBB terkait insiden ledakan pesawat Pan Am 103 pada 21 Desember 1988.

 Hubungan Khadafi dengan rakyatnya pun menjadi kian memburuk karena ia mulai menunjukkan pemerintahan yang otoriter. Banyak penyelewengan demokrasi yang terjadi seperti hilangnya kebebasan pers di Libya, mulai terlihatnya kesenjangan sosial di masyarakat Libya yang disebabkan oleh praktik korupsi dan nepotisme. Uang dan kekayaan negara dinikmati oleh keluarga Khadafi sendiri.

 Pada tahun 2011, rakyat Libya mulai berani melakukan kudeta dan menyuarakan ketidakbenaran kepemimpinan Khadafi. Masyarakat Libya terbagi menjadi dua kubu, pihak yang mendukung Khadafi sebagai golongan loyalis dikarenakan merasa Khadafi memiliki banyak jasa terhadap Libya dan pihak yang menentang Khadafi sebagai golongan oposisi.

 Golongan loyalis mendapat dukungan dari banyak pihak seperti Amerika Serikat, PBB, NATO, dan Perancis. Bukannya menyerah, Khadafi malah bersembunyi dari publik sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar. 

 Konflik ini terjadi selama 9 bulan dari Februari hingga Oktober 2011. Khadafi dipaksa untuk turun berdasarkan keputusan Konferensi London pada 29 Maret 2011. Terjadi berbagai macam penyerangan, yang pertama penyerangan oleh golongan oposisi dibantu Perancis dan Inggris meluncurkan 40 bom di bandar udara Tripoli dimana kota tersebut memiliki banyak pendukung Khadafi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline