Dalam era global saat ini, pendidikan matematika bukan lagi sekadar mengetahui rumus dan konsep, melainkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Melalui survei internasional seperti PISA, kita dapat mengukur sejauh mana keberhasilan pendidikan matematika di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain.
PISA: Lebih dari Sekadar Survei
PISA bukan hanya mengukur pengetahuan teoretis siswa. Lebih dari itu, survei ini menilai sejauh mana siswa mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menghadapi tantangan dunia nyata. Itulah sebabnya, meskipun siswa mungkin sukses dalam ujian sekolah, mereka masih bisa mendapatkan skor rendah dalam PISA.
Indonesia dalam Sorotan PISA
Meskipun Indonesia telah melakukan sejumlah reformasi pendidikan, hasil PISA menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan. Fakta bahwa 55% siswa berusia 15 tahun di Indonesia termasuk kategori "functionally illiterate" adalah isyarat alarm yang menunjukkan bahwa pendekatan pendidikan kita perlu direformasi.
Selain itu dalam survei PISA, matematika yang menjadi salah satu bidang kajian utama untuk menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah berdasarkan konsep matematis. Sayangnya, performa Indonesia dalam aspek matematika masih menunjukkan angka yang kurang memuaskan. Meskipun ada peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, skor rata-rata matematika siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata internasional. Beberapa negara Asia, seperti Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan, menempati posisi teratas dalam hasil matematika PISA, sementara Indonesia masih berjuang untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematikanya. Hasil ini menegaskan pentingnya reformasi pendidikan matematika di Indonesia, baik dari sisi kurikulum, metode pengajaran, hingga pelatihan guru.
Mengambil Pelajaran dari Negara Lain
Ketika berbicara tentang pendidikan berkualitas, beberapa negara memang menjadi rujukan:
- Finlandia: Di sini, profesor guru dilihat sebagai salah satu profesi paling dihormati. Proses seleksi guru sangat ketat, dan hanya calon terbaik yang diterima. Pelatihan guru yang intensif dan pendekatan kolaboratif dalam mengajar adalah kunci keberhasilan Finlandia.
- Singapura: Dengan pendekatan yang disebut "Teach Less, Learn More", Singapura mengurangi beban kurikulum untuk memberi siswa lebih banyak waktu dalam pemahaman mendalam.
- Jepang & Tiongkok: Kedua negara ini menekankan pentingnya disiplin dan kerja keras dalam pendidikan. Program gizi di Jepang dan fokus pada literasi di Tiongkok adalah beberapa kunci keberhasilan mereka.
Langkah Konkret untuk Indonesia
Dengan menggabungkan wawasan dari PISA dan praktik terbaik internasional, Indonesia dapat:
Mereformasi Proses Pelatihan Guru: Membuat program pelatihan yang lebih komprehensif yang menekankan pada metode pengajaran aktif dan kolaboratif. Dukungan berkelanjutan untuk pengembangan profesional guru, termasuk workshop dan seminar, bisa menjadi langkah awal.