Kelompok KKN 92 UNS Surakarta mengenalkan Wayang Punakawan dan Pandhawa kepada siswa kelas 4-6 di SD Negeri 1 Blorong, SD Negeri 2 Blorong, dan SD Negeri 3 Blorong, Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pencegahan lunturnya budaya daerah, dalam situasi kali ini budaya Jawa. Kegiatan yang berupa sosialisasi dan nonton bareng wayang ini dilaksanakan setiap hari Rabu (1/2/2023) dan berlanjut di minggu setelahnya.
Era globalisasi yang terus memudarkan batas sosial budaya di dunia tentunya memudahkan akses kepada budaya-budaya baru yang mana hal baru tentu saja menarik perhatian, agar perhatian siswa-siswa SD tidak hanya berpusat pada budaya-budaya baru ini yang mana dapat melunturkan pengetahuan mereka akan budaya dan jati diri mereka sendiri, maka dari itu Sosialisasi Pengenalan Wayang Punakawan dan Pandhawa ini dilaksanakan demi memupuk kembali kecintaan siswa-siswa SD terhadap budaya lokal yang harus bersaing dengan banyaknya budaya-budaya baru yang dianggap lebih modern.
Dalam kegiatan sosialisasi ini, pemaparan materi diberikan oleh anggota kelompok KKN 92 UNS sendiri yaitu Jenifa Deviana Nur Safitri yang merupakan mahasiswi dari program studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa. Materi yang disampaikan diawali dengan komponen-komponen yang ada dalam Pertunjukkan Wayang (Pakeliran) kemudian dijelaskan tentang tokoh dari Punakawan yaitu: Semar, Gareng, Petruk, Bagong yang menghadirkan kelucuan dan modernisasi pada setiap penampilannya di Pakeliran serta tokoh Pandhawa, yaitu Yudhistira, Werkudura, Arjuna, Nakula dan Sadewa yang merupakan tokoh utama dan sering muncul dalam sebuah pertunjukkan wayang.
Siswa-siswa SD Negeri 1 Blorong (8/2/2023) begitu semangat dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika mendengarkan penjelasan mengenai tokoh-tokoh wayang tersebut. Saat dijelaskan mengenai ciri-ciri dari Semar yaitu, "Memakai anting dari cabai" para siswa langsung sigap menanyakan "Kenapa antingnya kok cabai?" jawaban dari pertanyaan tersebut pun langsung dijelaskan oleh Jenifa "Cabai itukan identik dengan rasa pedas ya, teman-teman, nah sosok Semar di sini memiliki filosofi bahwa seorang pemimpin harus siap menerima kritikan pedas dari siapapun." Jelas Jenifa
Siswa-siswa di SD Negeri 2 Blorong (1/2/2013) lebih tertarik pada tokoh Pandhawa, salah satu pertanyaan yang dilontarkan adalah "Mengapa Werkudara memiliki badan seperti Raksasa, badannya jauh lebih besar dari anggota Pandhawa yang lain?" kembali pertanyaan ini dijawab dengan sigap, "Oh iya, teman-teman.
Ada cerita menarik mengapa Werkudara memiliki badan yang besar padahal Werkudara tidak memiliki darah raksasa dari ibu dan ayahnya. Ini dikarenakan pada saat dilahirkan Werkudara yang pada masa kecilnya bernama Bima dilapisi oleh selapus tipis yang tidak bisa disobek ataupun dibuka dengan sejata apapun, lalu Bima yang masih terbungkus ini dibuang ke sebuah hutan sampai akhirnya datanglah seekor gajah yang diutus oleh dewa untuk memecah bungkusan Bima.
Nah, saat berhasil dipecah, tangan dari Bima justru merusakkan gading dari gajah tersebut yang mengakibatkan gajah tersebut mati. Ada cerita lagi bahwa ternyata gajah tersebut adalah gajah yang sakti mandraguna dan memiliki nama yaitu Sena. Saat mati oleh Bima, roh dan kesaktian gajah itu mengikuti dan menyatu bersama Bima, badannya menjadi kuat dan besar seperti gajah." Begitu pemaparan yang diberikan Jenifa
Pertanyaan mengenai tokoh Punakawan juga diajukan oleh siswa SD Negeri 3 Blorong (15/2/2023) melontarkan pertanyaan yang cukup kritis "Mengapa Punakawan memiliki ayah tetapi tidak memiliki ibu?" disini Jenifa menekankan bahwa asal-muasal cerita dalam wayang adalah mitologi Hindu yang dibawa oleh pedagang India. Cerita wayang identik dengan dewa-dewa langit dan ceritanya yang penuh dengan filosofis, maka Jenifa menjelaskan bahwa Semar yang berperan sebagai ayah bagi Punakawan yang lain mengadopsi Gareng dan Petruk sedangkan Bagong didapatkannya dengan cara meminta pada dewa yang ada di langit.
Sebelum dilanjutkan ke kegiatan selanjutnya, siswa-siswi diajak untuk nonton bareng video contoh pertunjukan wayang. Setelah selesai menonton video, siswa-siswi ini diuji terlebih dahulu pengetahuannya berdasarkan apa yang ditayangkan di video sekaligus mengulas kembali materi yang disampaikan. Hingga saat pengujianpun siswa-siswa ini masih penuh semangat dalam mengikuti kegiatan sosialisasi. Hal ini terlihat saat siswa-siswi berlomba-lomba mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.