Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Faqih Siddiq

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Perbedaan Suku Sunda dan Jawa dalam Menghadapi Globalisasi

Diperbarui: 30 Maret 2023   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era globalisasi yang semakin maju, suku-suku yang ada di Indonesia, termasuk Suku Sunda dan Suku Jawa, tidak bisa lepas dari dampak globalisasi yang mempengaruhi kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Namun, meskipun terdapat beberapa kesamaan, ada perbedaan dalam cara Suku Sunda dan Suku Jawa menghadapi dan menyesuaikan diri dengan globalisasi.

Suku Sunda yang merupakan salah satu suku besar di Indonesia, tinggal di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya. Mereka dikenal dengan budaya yang kaya dan kekayaan sumber daya alamnya. Di sisi lain, Suku Jawa merupakan suku terbesar di Indonesia yang tinggal di sebagian besar wilayah Jawa, termasuk Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Suku Jawa juga dikenal dengan budaya yang kaya, seperti tari-tarian tradisional, seni ukir, dan seni lukis.

Dalam menghadapi globalisasi, Suku Sunda dan Suku Jawa memiliki perbedaan dalam hal cara mereka mengekspresikan identitas budaya mereka. Suku Sunda cenderung lebih mempertahankan budaya tradisional mereka dalam menghadapi globalisasi. Misalnya, mereka masih mempertahankan adat istiadat dan tradisi seperti upacara adat, seperti pernikahan dan pemakaman. 

Mereka juga lebih mempertahankan kesenian tradisional seperti wayang golek, tari jaipongan, dan gamelan. Mereka bahkan telah mempopulerkan kopi Sunda dan makanan tradisional seperti nasi timbel dan sate maranggi. Selain itu, industri kreatif berkembang di wilayah Sunda, dengan produksi kain batik dan tenun ikat yang dikenal diseluruh Indonesia.

Di sisi lain, Suku Jawa lebih terbuka dalam menghadapi globalisasi, terutama dalam hal industri kreatif dan ekonomi kreatif. Budaya populer seperti musik, film, dan seni lukis telah menjadi bagian dari ekonomi kreatif di Jawa. Keterbukaan itu dituangkan dalam banyak hal antara lain ialah seni musik aliran dangdut yang merupakan lagu kebanggaan suku jawa. 

Dangdut kini semakin dikenal dan disukai oleh masyarakat berbagai kalangan hingga ke manca negara. Salah satu seni musik suku jawa yang berhasil menembus kancah internasional ialah lagu bejudul "Lathi" karya Weird Genius. Seni rupa juga menjadi industri penting di Jawa, antara lain seniman dan kritikus seni yang terkenal seperti FX Harsono dan Christine Ay Tjoe. Selain itu, industri fashion dan kuliner Jawa juga berkembang pesat, yang ditunjukkan dengan produk-produk kebanggaan suku jawa seperti batik dan makanan khas seperti nasi gudeg. Batik kini juga semakin unik dengan sentuhan-sentuhan modern bermodel campur ala barat.

Disisi lain, industri kreatif Suku Sunda kian menggeliat dan berkembang pesat dengan adanya fenomena anak muda yang memulai usaha mandiri diantaranya dibidang fashion. Jawa Barat kini menjadi kiblat fashion kekinian ala anak bangsa yang dibuktikan dengan meningkatnya UMKM fashion yang lahir di Jawa Barat. Bukanlah hal mustahil diwaktu mendatang Suku Sunda dapat melampaui Suku Jawa dalam bidang busana jika tidak terus berinovasi dan beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Meskipun ada perbedaan dalam cara Suku Sunda dan Suku Jawa menghadapi globalisasi, keduanya sama-sama memperkuat identitas budaya mereka. Salah satu contohnya adalah dalam industri pariwisata. Suku Sunda dan Suku Jawa keduanya mempromosikan budaya dan tempat wisata mereka melalui media sosial, seperti Instagram dan TikTok. Mereka juga memanfaatkan teknologi modern untuk meningkatkan pemasaran pariwisata mereka, seperti penerapan aplikasi wisata.

Namun, dalam beberapa hal, Suku Jawa cenderung lebih maju dalam hal teknologi yang dapat terlihat dari adopsi teknologi di sektor ekonomi dan bisnis. Suku Jawa lebih cenderung lebih terbuka dalam mengembangkan bisnis online, seperti toko online dan e-commerce. Hal ini terlihat dari adanya perusahaan-perusahaan besar yang berasal dari Jawa, seperti Tokopedia dan Bukalapak yang dilahirkan oleh anak bangsa bersuku jawa.

Namun, ada kekhawatiran bahwa adopsi teknologi yang masif dapat mengancam budaya dan kearifan lokal yang tidak hanya dirasakan kedua suku melainkan untuk Indonesia secara keseluruhan. Kehadiran media sosial dan teknologi dapat mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat, terutama generasi muda secara cepat dan nyaris tanpa penghalang. Hal ini dapat mempengaruhi cara hidup dan pandangan mereka tentang tradisi dan kearifan lokal. Dengan demikian, penting bagi Suku Jawa dan Suku Sunda untuk menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline