Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Faizal

Universitas Siliwangi

Cengkareng: Sebuah Perjalanan Menyusuri Sejarah dan Perubahan

Diperbarui: 17 Maret 2023   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cengkareng, sebuah wilayah kecamatan di Jakarta Barat, erkenal dengan padatnya dan kegiatan sehari-hari yang sibuk. Namun, tahukah kamu bahwa Cengkareng dulunya hanyalah hamparan tanah luas berupa rawa dan sawah?

Berabad-abad yang lalu, sebelum pembangunan memenuhi wilayah tersebut, beberapa nama wilayah di Cengkareng diberi nama sesuai dengan nama pohon dan rawa yang menghiasi daerah tersebut. Tak heran beberapa nama wilayah di Cengkareng diberi nama seperti Rawabuaya, Rawa Bengkel, Rawa Bebek, Rawa Keramas, dan Rawa Kencan. Selain itu, dulu wilayah Cengkareng juga diteduhi rerimbunan pohon sehingga tak heran beberapa nama mengacu pada nama pohon seperti Kapuk, Bambu, Larangan, Hutan Jati, dan Duri Kosambi yang diambil dari nama pohon Kesambi.

Pada masa lalu, Cengkareng belum banyak memiliki bangunan karena berada di wilayah ommelanden atau luar kota Batavia. Tanah di luar wilayah Batavia pada masa lalu dikuasai oleh pejabat VOC. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada rumah di Cengkareng pada masa lalu. 

Sejak tahun 1762, Michiel Romp  telah membangun Landhuis Cengkareng yang menjadi rumah paling mewah dan megah pada zamannya. Rumah yang dibangun dalam tempo tiga tahun itu kemudian ditempati oleh Michiel Romp dan Istrinya. Hamster Petronela Romp. Putri Michelle Romp yang menjadi arsitek rumah tersebut. Terakhir, rumah itu ditempati oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah komando Letkol Singgih dan rusak berat saat dibombardir.

Pada tahun 1950, Presiden Republik Indonesia Serikat, Soekarno, memasukkan wilayah Cengkareng yang dulunya bagian dari onderdistrict Tangerang menjadi bagian dari DKI Jakarta. Ratusan tahun berlalu dan pembangunan telah mengubah wajah Cengkareng menjadi wilayah yang padat. Misalnya, masjid An-Nur Cengkareng yang cukup bersejarah terkena proyek jalan hingga terpaksa harus mundur dari perempatan lampu merah kedua Cengkareng. Wilayah Cengkareng juga semakin bertambah luas seiring dibangunnya jembatan Cengkareng yang menghubungkan wilayah Cengkareng Timur dan Rawa Buaya.

Hari ini, Cengkareng sudah menjadi sebuah kota kecil di Jakarta Barat yang ramai dengan hiruk-pikuk manusia yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Beberapa pembangunan juga telah dibangun, seperti flyover yang melintas di atas kedua perempatan Cengkareng. Meskipun begitu, sejarah Cengkareng tetap dapat diingat dan dikenang dengan adanya beberapa bangunan bersejarah dan juga beberapa nama wilayah yang masih diambil dari nama-nama pohon atau tanah yang dulunya ada di wilayah tersebut.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline