Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Faizal

Orang Nomaden

Bendera Kuning Idul Adha

Diperbarui: 23 Juli 2021   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Ilustrasi Bendera Kuning Idul Adha || Sumber: Dokumentasi Pribadi

Idul adha dengan segala hiruk pikuk nya, merupakan salah satu momen yang sangat ditunggu oleh seluruh umat muslim salah satunya di Indonesia. Momentum ini dimaksimalkan oleh beberapa masyarakat untuk menebar kebermanfaatan dengan mengkurbankan hewan terbaiknya untuk dibagikan pada mereka yang berhak menerimanya. Maka seharusnya Idul Adha merupakan momentum dimana kita semua merasakan dan merekonstruksikan kembali indahnya modal sosial di lingkungan masyarakat desa maupun kota. Namun terdapat beberapa keluarga yang justru merasakan sebaliknya.

Ketika itu setelah selesai melaksanakan Sholat Idul Adha dan saya bersiap untuk membantu pemotongan hewan kurban. Dua jam kemudian saya mendapat kabar yang tak menyenangkan. Salah satu sahabat saya mengabari bahwa Ibunda dari salah satu sahabat kami sebut saja si "Fulan" berpulang dan ketika itu posisi saya sedang membantu menimbang dan menyortir hewan kurban. Sontak saya terkejut dan tak percaya. Kemudian setelah mendapatkan konfirmasi tentang kejelasan kabar tersebut, saya berpamitan dengan orang tua, Ustadz, dan ketua panitia kurban untuk pergi melayat ke rumah si Fulan yang bertempat tinggal di daerah Setu, Kabupaten Bekasi.

Perjalanan saya tempuh kurang lebih 30 menit hingga kemudian sampai di rumah duka. Di perjalanan ternyata suasana duka tidak hanya dirasakan oleh si Fulan namun juga dirasakan bagi mereka yang memasang bendera kuning di persimpangan jalan. Suasana duka juga turut menyelimuti di sepanjang jalan saya menuju rumah si Fulan. Setelah saya menemui si Fulan dan turut berduka cita terhadap kematian sang Ibunda kemudian dilanjutkan dengan prosesi sholat jenazah sampai dikebumikan. Saya bersama si Fulan dengan maksud menemani dan menghibur bersama sahabat-sahabat saya hingga sore hari.

Berbagi Kebahagiaan Idul Adha

Sepulangnya dari rumah duka saya pun sempat berfikir dan merenung ketika di perjalanan. Idul Adha yang seharusnya digunakan oleh beberapa kelompok masyarakat untuk berbagi kebahagiaan dan menebar kebermanfaatan justru tidak dirasakan oleh beberapa keluarga terutama mereka yang memberi sinyal bahwa terdapat anggota keluarga mereka yang berpulang. Apa yang mereka rasakan? Apa mereka juga merasakan momentum Idul Adha sebagaimana yang lain? Disaat sebagian yang lain kehilangan hewan-hewan terbaik mereka karena kurban - mereka kehilangan keluarga mereka karena waktu yang datang tanpa kompromi. Fikiran tersebut sangat mengganggu. Hingga akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa Idul Adha merupakan salah satu momentum penguatan modal sosial yang paling efektif dikalangan masyarakat.

Idul Adha sebagai mana sering saya katakan sebelumnya adalah momentum penguatan modal sosial. Modal sosial akan terbentuk apabila koneksi antar individu terjalin sangat erat entah karena suatu kegiatan atau keseharian. Apa yang saya alami ketika itu merupakan hal yang tak terduga dan ternyata banyak di beberapa keluarga yang justru mengalami hal yang sama. Jika Idul Adha salah satu intisarinya adalah berbagi kebahagiaan dan kebermanfaatan maka tetap hadir ketika seorang sahabat sedang berduka merupakan implementasi Idul Adha secara tersirat. Mengkurbankan waktu untuk menghibur sahabat yang sedang bersedih dan mendukung mereka agar bangkit kembali untuk berkeseharian seperti biasa kembali.

Selamat Idul Adha :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline