Setelah pendidikan jenjang SMA/sederajat, kebanyakan dari siswa SMA yang lulus akan melanjutkannya ke dunia perkuliahan, khususnya Perguruan Tinggi Negeri.
Cara agar bisa berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Indonesia bisa kita lewati melalui banyak cara, yaitu SNBP, SNBT-UTBK, dan Mandiri atau ujian masuk yang diadakan oleh masing-masing universitas negeri.
Sukses tidak hanya disebabkan satu faktor seperti belajar yang rajin, tetapi ada banyak. Di antaranya adalah menjaga kesehatan fisik dan mental, mengetahui dan mengaplikasikan gaya belajar yang efektif, dan menerapkan gaya hidup yang sehat. Di sini saya akan membahas hal-hal tersebut.
1. Gaya Hidup Sehat
Kita awali mengenai gaya hidup yang sehat. Ada hal menarik yang disampaikan oleh Afriezal Kamil, S.Kep, Ners. Dalam bukunya yang berjudul Andai Sel-Sel dalam Tubuhmu Berbicara beliau menyatakan, "Akhir-akhir ini banyak siswa, mahasiswa, ataupun pekerja yang sakit hingga meninggal karena sikap ambisius (ambis) atau eksekusi beban tugas yang salah."
Pernyataan tersebut seakan-akan menggambarkan jika kita memilih sikap atau cara belajar dan eksekusi beban tugas yang salah kemungkinan terparahnya adalah bisa membuat kita meninggal dunia.
Tentu kita tidak mau bukan? Tetapi apa kebiasaan yang menyebabkan mereka bisa meninggal dunia? Beliau kemudian menjelaskan bahwa mayoritas dari mereka tadi memiliki kebiasaan yang mirip-mirip, contohnya kurang tidur, jarang minum air putih, jarang olahraga, terlalu banyak mengonsumsi makanan instan, dan telat makan. Hal-hal tersebut tampak sepele tetapi efeknya bisa mematikan.
Nah, hal-hal di atas merupakan gaya hidup yang disebut dengan sedentary life / gaya hidup sedenter. Sederhananya, definisi perilaku sedenter sendiri adalah seluruh jenis kegiatan atau aktivitas yang dilakukan di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori yang sangat sedikit, yaitu < 1.5 . METs (berdasarkan buku sebelumnya).
Sederhanya lagi, contoh dari perilaku sedenter itu antara lain menonton televisi, bermain video game, menggunakan computer, duduk di sekolah atau kantor, dan duduk saat bepergian yang diakhiri oleh frasa "terlalu lama".
Pernyataan tadi bukan berarti melarang kita untuk melakukan hal-hal tersebut, tetapi yang menjadi masalah adalah durasinya atau lama waktu kita melakukan hal-hal tersebutlah yang menjadikannya bermasalah sehingga memengaruhi keluaran kalori kurang dari normal.
Pertanyaannya adalah "memangnya separah apa sih dampak yang akan ditimbulkan dari diri kita jika kita memiliki gaya hidup sedenter atau gaya hidup belajar / ambis yang salah?" tentu kita perlu mengetahu hal tersebut. Buku sebelumnya menerangkan, "Owen (2012). Dkk. Menemukan bahwa terlalu lama duduk dapat meningkatkan risiko kematian premature.
Setidaknya paling lama duduk tuh 4 jam nonstop, lalu jeda 10-20 menit untuk berdiri dan berjalan-jalan atau sekadar meregangkan diri dan nyemil, lalu lanjut duduk lagi jika pekerjaan belum selesai. Bahkan sebagian literatur mengaitkan lamanya kita duduk dengan potensi risiko penyakit jantung dan kematian mendadak.