Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Lingkungan terhadap Psikologi Perkembangan Anak menurut Teori Eri Erikson

Diperbarui: 17 April 2021   15:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Perkembangan psikososial pada anak usia dini bukan hanya menjadi tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab orangtua dan masyarakat. Karena itu tiga institusi perlu bekerjasama dalam mendidik anak usia dini. Agar proses ini berhasil mereka dalam hal ini guru, orangtua dan masyarakat perlu memahami perkembangan kepribadian anak mulai pada usia dini. Usia dini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya.

Pembahasan

Dalam psikologi perkembangan, banyak dibahas mengenai bagaimana tahap perkembangan sosial anak, diantara tokoh yang memberi konstribusi dalam hal ini adalah teori perkembangan psikososial Erik H Erikson. Erikson mengatakan bahwa istilah "psikososial" dalam kaitannya dalam perkembangan manusia berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir samapai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadikan seseorang matang secara fisik dan psikologis.

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis atau faktor psikis atau sosial, yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang disekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikis. (Zubaedi, 2011: 201)

Banyak teori mengenai perkembangan psikososial, yang paling banyak dianut adalah teori psikosisal dari Erik Erikson. Teori psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap tergantung dari hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego adalah penting bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego harus mengembangkan kesanggupan 3 yang berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan penyesuaian dari masyarakat. Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :

  • Tahap 1 : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)
  • Tahap 2 : Autonomy vs Shame and Doubt (18 blan-3 tahun)
  • Tahap 3 ; Initiative vs Guilt (3-6 tahun)
  • Tahap 4 : Industry vs Inferiority (6-12 tahun)
  • Tahap 5 : Identity vs Role Cunfusion (12-18 tahun)
  • Tahap 6 ; Intimac vs Isolation (18-35 tahun)
  • Tahap 7 ; Generativity vs Stagnation (35-64 tahun)
  • Tahap 8 : Integrity vs Despair (65 tahun keatas).

Dari teori Erikson adalah sebuah konsep yang mempunyai tingkatan. (Erie erikson, 2010: 291) Ada delapan tingkatan yang menjadi bagian dari teori psikososial Erikson, yang akan dilalui oleh manusia. Setiap manusia dapat naik ke tingkat berikutnya walaupun tidak sepenuhnya tuntas mengalami perkembangan pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan semua bidang kehidupan yang artinya jika setiap tingkatan itu tertangani dengan baik oleh manusia, maka individu tersebut akan merasa pandai. Sebaliknya jika tingkatan-tingkatan tersebut tidak tertangani dengan baik, akan muncul perasaan tidak selaras pada orang tersebut.

Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.

Menurut Erikson perkembangan psikososial dihasilkan dari interaksi antara proses-proses maturasional atau kebutuhan biologis dengan tuntutan masyarakat dan kekuatan-kekuatan sosial yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dari sudut pandang seperti ini, teori Erikson menempatkan titik tekan yang lebih besar pada dimensi sosialisasi dibandingkan teori Freud. Selain perbedaan ini, teori Erikson membahas perkembangan psikososial di sepanjang usia manusia, dan bukan hanya tahun-tahun antara masa bayi dan masa remaja. Seperti Freud, Erikson juga meneliti akibat yang dihasilkan oleh pengalaman-pengalaman usia dini terhadap masa-masa berikutnya, akan tetapi ia melangkah lebih jauh lagi dengan menyelidiki perubahan kualitatif yang terjadi selama pertengahan umur dan tahun-tahun akhir kehidupan.

Anak usia dini perlu dipersiapkan kepribadiannya seperti makhluk sosial. Ia tak akan mampu hidup seorang diri tanpa kehadiran orang lain. Anak usia dini sangat bergantung dengan orangtua dan lingkungan sekitar rumah. Dalam menjalani kehidupan sosialnya, seseorang dituntut untuk dapat mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri, dengan berhubungan bergaul dengan lingkungan hidupya. Pergaulan dengan orang lain akan mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap dan perilaku seseorang, sebab dalam pergaulan terjadi interaksi antara individu yang ditandai dengan pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan, adat istiadat, kebiasaan, budaya. Kemudian orang akan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri akan menyebabkan perkembangan kepribadian yang sehat. Ia akan memiliki konsep diri, harga diri, percaya diri, dan efikasi diri yang baik.

Sebaliknya, ketidak mampuan menyesuaikan diri akan membuat seseorang mengalami kehidupan yang terasing, rendah diri, pesimis, apatis, merasa cemas, kuatir atau takut. Akibatnya akan berpengaruhi pada perkembangan sosial pribadi anak atau disebut krisis kepribadian. Perkembangan karakter anak berproses melalui interaksi sosial dalam lingkungannya, karena lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang positif. Karakter terbentuk sebagai hasil pemahaman dari hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan YME. Oleh sebab itu tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.4 Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orangtua terhadap anak dalam berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan masyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma ini dalam kehidupan sehari-hari. (Zubaedi, 2017: 244)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline