Lihat ke Halaman Asli

Strategi Nadiem Makarim dalam Meningkatkan Literasi Pelajar Indonesia

Diperbarui: 15 Juni 2023   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gramedia.com

Demokrasi hanya akan berkembang di suatu masyarakat yang para warganya adalah pembaca, adalah individu-individu yang merasa perlu untuk membaca, bukan sekedar pendengar atau gemar berbicara. (Daoed Joesoef, dalam Bukuku Kakiku, 2004)

  • Kalimat di atas menyadarkan bahwasanya untuk menumbuhkan berpikir kritis di kalangan generasi muda bukan hanya sekedar mampu mendengar atau gemar berbicara tetapi dibutuhkan Kesadaran literasi. Indonesia kesadaran literasi masih di tingkat rendah, berdasarkan Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018 diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD Indonesia) menempati peringkat ke 62 dari 70 negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. ). PISA merupakan studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Setiap 3 tahun, murid-murid berusia 15 tahun dari sekolah yang dipilih acak, menempuh tes dalam mata pelajaran utama yaitu membaca, matematika dan sains. Perkembangan teknologi saat ini menjadi tantangan terbesar generasi muda di Indonesia masih kurang minat dalam literasi. Pada saat era pandemic tahun 2020 perubahan sistem pembelajaran dari tatap muka menjadi daring membuat kemampuan literasi pelajar di Indonesia semakin kurang, saat di Sekolah sumber pembelajaran diambil dari buku-buku pelajaran sedangkan saat pandemi pelajar dipaksa untuk mencari sendiri materi pembelajaran dari internet, tetapi tidak dituntun untuk paham materinya, pelajar hanya sekedar meniru terkait materi di internet tanpa dikembangkan lagi materinya lebih dalam. Hal ini memicu minat bakat pelajar di Indonesia menjadi berkurang mengakibatkan kekurangan mengenal diri sendiri menyebabkan pelajar sulit menentukan prospek kedepannya.
  • Perkembangan teknologi saat ini tidak selamanya berdampak positif, antusias pelajar dalam membaca menjadi tantangan dalam era digital saat ini, beberapa penyebab turunnya literasi diantarannya:
  • 1. Minat Baca yang Berkurang
  •  Perkembangan teknologi, terutama media sosial dan hiburan digital, telah mengubah cara kita menghabiskan waktu luang. Banyak orang cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu di depan layar dan terlibat dalam aktivitas digital seperti menonton video, bermain game, atau bersosialisasi online. Minat baca tradisional dapat menurun akibat pergeseran preferensi ini.
  • 2. Kurangnya Keterampilan Membaca Kritis                               
  • Di era informasi digital, jumlah konten yang tersedia sangat melimpah, termasuk informasi yang tidak valid atau tidak dapat dipercaya. Kurangnya keterampilan membaca kritis dapat mengakibatkan kesulitan membedakan antara informasi yang akurat dan tidak akurat serta kurangnya kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi informasi dengan benar.
  • 3. Gangguan Perhatian dan Konsentrasi 
  • Penggunaan teknologi, terutama ponsel pintar dan media sosial, seringkali memengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan fokus untuk membaca dengan mendalam. Pengalaman digital yang cepat dengan pembaruan berkecepatan tinggi dan notifikasi yang terus-menerus dapat mengganggu pembacaan yang terfokus dan mengurangi kemampuan literasi yang mendalam.
  • 4. Kemerosotan Keterampilan Menulis
  • Dalam era pesan singkat, teks cepat, dan media sosial, kemampuan  menulis dengan baik dan bahasa yang baik seringkali kurang ditekankan. Gaya komunikasi yang lebih singkat dan tidak formal dapat mengurangi penggunaan bahasa yang kompleks dan memengaruhi keterampilan menulis secara keseluruhan. Pembelajaran mengenai kata/kalimat sesuai KBBI perlu ditingkatkan.
  • Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim dalam Peluncuran program Merdeka Belajar ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. (Foto: Tangkapan layar)

  • Permasalahan literasi rendah ini sudah direspon oleh pemerintah Nadiem Makarim selaku Mendikbudristek (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi). Beberapa implementasinya yaitu:
  • 1. Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
  •  Nadiem Makarim memperkenalkan Program Gerakan Literasi Sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan keterampilan literasi di kalangan siswa. Program ini melibatkan peningkatan perpustakaan sekolah, peningkatan akses terhadap buku-buku, serta kegiatan-kegiatan literasi di sekolah.
  • 2. Peningkatan Perpustakaan Sekolah
  •  Nadiem Makarim mendorong peningkatan perpustakaan sekolah dengan menyediakan bantuan dana dan sumber daya untuk memperluas koleksi buku dan memperbaiki fasilitas perpustakaan. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan yang mendukung minat baca dan literasi siswa.
  • 3. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran
  • Nadiem Makarim mendukung penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Melalui program Merdeka Belajar, ia mendorong penggunaan aplikasi dan platform digital sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan akses terhadap materi-materi pembelajaran dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Disamping itu penggunaan teknologi sebagai sarana mengembangkan minat bakat pelajar, bisa untuk menulis artikel, lomba karya tulis ilmiah ataupun essay.
  • 4. Tes PTN (Perguruan Tinggi Negara) UTBK pada tahun 2023
  • Menambahkan subtes literasi Indonesia pada tes seleksi PTN harapan agar siswa/I dapat mengukur kemampuan dirinya dalam mengeja, membedakan, dan menentukan kata yang baik dan benar sesuai KBBI yang ada sehingga minat literasi bisa dicapai.
  • 5. Pelatihan Guru 
  •  Nadiem Makarim juga fokus pada peningkatan kualitas guru dan pelatihan yang lebih baik. Dia mendorong peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi guru, serta pengembangan kurikulum yang lebih relevan dan berorientasi pada hasil.
  • Meningkatkan rasa ingin tahu atau kepo terhadap sesuatu bisa sebagai modal untuk meningkatkan literasi karena saat kita memiliki rasa ingin tahu maka kita mulai menggali keinginan itu dan belajar paham tentang hal tersebut. Rasa kepo ini bisa dimulai dari yang sesuatu yang kita suka atau minat bakat dalam diri, setelah literasi mulai menjadi rutinitas maka membaca bisa menjadi hal yang menyenangkan bagi kita. Tentunya rasa ingin tahu ini memiliki batasannya sesuai norma/aturan yang ada dan peran orang tua maupun guru menjadi hal yang penting untuk mengawasinya. Mari mulai tingkatkan literasi di Indonesia dari yang kamu suka dan menggali hal-hal lain sesuai minat bakat diri kamu!



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline