Lihat ke Halaman Asli

Teman Sebangku

Diperbarui: 8 Mei 2021   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pagi itu sangat cerah, hati dan jiwaku bersemangat untuk menjalani hari yang sangat menggembirakan. Setelah berakhirnya libur panjang , kami yang selau bersama ketika MTS kini bertemu lagi di bangku aliyah. 

Namanya Doni. Saat pertama kali dia masuk ke gerbang pondok aku langsung menjabat tanganya layaknya orang yang lama tak berjumpa padahal kita Cuma berpisa 4 bulan tapi rindu melihat wajahnya yang mungkin ngak terlalu tampan dan sikapnya menjadi kerinduan tersendiri. kita  merasa menjadi lebih dewasa dan tidak sabar untuk menjalani hari-hari bersama mungkin  akan lebih menghebokan lagi dari pada waktu kita MTS . Dan ternyata nyatanya benar  saat hari pertama masuk ke sekolah kita mendapatkan hukuman petal karena telat,  ya mungkin karena begadang semalam dan bercerita tentang pengalaman libur panjang .setelah di hukum bersama- sama kita meelihat daftar pembagian kelas yang tertera di papan pengumuman dekat ruang guru dan ternyata kita masuk di kelas yang sama dan jurusan yang sama yakni jurusan salaf. Mungkin ALIYAH ini kita di takdirkan menjadi teman sebangku lagi, ya seperti waktu MTS dulu. Walaupun di hari-hari selanjutnya ada rollingan bangku dari wali kelas itupun Cuma berlaku hanya dua sampai tiga harian, seterunya kita kembali lagi menjadi teman sebangku. 

Dulu saat kita MTS kita selalu membayangkan menjadi anak ALIYAH itu sangat menyenangkan karena banyak orang-orang bercerita masa SMA/ALIYAH itu masa yang paling indah dan sulit di lupakan. Dan banyak juga orang-orang yang bercerita hal paling indah di masa SMA/ALIYAH itu adalah hal tentang cinta mencinta. Tetapi dari kita tidak menemukan hal itu, mungkin di karenakan teman sekelas kita  laki-laki semua dan jarak antar kelas laki-laki dan kelas perempuan sangat berjauhan, sehingga membuat kita yang lulus dari ALIYAH saat ini menjadi cupu akan hal yang berhubungan dengan cinta. yang terpenting menurut kita bukanlah hal tentang percintaan tetapi tentang bagaimana kita bisa terus menjadi sahabat, bedalagi jika seumpama teman sebangku ku perempuan, mungkin saat ini aku bakal jadi garangan wkwkwkwk . 

 Aneh nya lagi ketika kita menjadi teman sewaktu ALIYAH kita tidak perna memanggil dengan nama asli, pasti selalu memanggil dengan nama bapak, tetapi dari kita tidak ada yang pernah dendam atau semacamnya. Ya mungkin karena kita sering bersama, apa-apa selalu bersama susah-susah bareng, seneng-seneng bareng , dan semoga di masa depan menjadi orang yang sukses bareng . dari mulai berangkat sekolah, kekantin, ngaji, dan bahkan mbolos pun kita selalu bersama. Selalu seperti itu sampai hampir 3 tahun berlalu, yang membuat kita terpukul akan sebuah kata perpisahan yang mana mentri pendidikan waktu itu menghapus ujian nasional di karenakan adanya wabah COVID 19 sehingga mengakibatkan liburan semakin maju dan kita para santri di haruskan untuk pulang secepatnya.

Dengan adanya keputusan yang sangat mendadak itu, mau tidak mau kita harus berpisah dengan cepat, dan di saat-saat terakhir sebelum kita pulang kerumah kita bertukaran kalung yang bentuknya sama, walaupun bentuknya sama yang terpenting adalah kenangan yang membuat kita selalu bersama-sama . Karena ucapan selamat tinggal hanya untuk mereka yang merasakan dengan mata mereka. Karena bagi mereka yang merasakan dengan hati dan jiwa, tak akan ada yang namanya perpisahan! 

Tugas ini di tulis sebagai tugas matakuliah Bahasa Indonesia yang di ajar oleh beliau bapak rudi umar Susanto

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline