Air bersih adalah elemen yang penting untuk kesehatan manusia. Air juga menjadi sumber daya alam yang penting keberadaannya bagi kelanjutan hidup semua makhluk hidup di bumi. Bagi manusia, air digunakan untuk berbagai aktivitas, seperti mencuci, memasak, minum, mandi dan sebagainya. Air menjadi kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, dan bisa dikatakan manusia bergantung pada adanya air.
Selama ini Indonesia dikenal memiliki sumber daya air yang berlimpah. Indonesia juga memiliki curah hujan yang tinggi, dan sering dilanda hujan selama 4-6 bulan tiap tahunnya. Namun dibalik itu semua, sampai saat ini, di Indonesia-pun masih banyak
individu yang harus mencari air untuk memenuhi kebutuhannya.
Pasokan air bersih dan layak konsumsi pun juga mulai berkurang. Banyak juga terjadi pencemaran dan penggunaan air yang kurang bijak yang dilakukan manusia.
Pemerintah telah menetapkan Standar Air Bersih dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017. Kriterianya yaitu air tidak memiliki bau, tidak memiliki rasa, tidak keruh, tidak ada bakteri E. coli dan memiliki kadar kimiawi rendah. Secara fisik air bersih layak minum itu tidak berbau, berwarna jernih, tawar, dan tidak terpapar sinar matahari langsung, dan tidak ada endapan di bagian bawahnya.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2021, hanya 17% rumah tangga yang mendapat akses air yang aman. Dan 1 dari 5 rumah tangga memakai air minum yang terkontaminasi tinja. Data World Wide Fund for Nature Indonesia tahun 2019 menyatakan bahwa 82% sungai di Indonesia berada dalam kondisi tercemar.
Dari riset yang dilakukan Asian Development Bank (ADB) tahun 2016, 99% limbah dibuang begitu saja. Di Jakarta, 45% air tanah tercemar bakteri tinja dan mengandung bakteri E.coli yang menyebabkan individu mudah terkena penyakit disentri, tifus, dan hepatitis.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran baru bagi masyarakat yang sadar bahwa air yang mereka konsumsi sehari-hari telah menurun kualitasnya. Di laman sosial media twitter, banyak warganet yang mengeluhkan bahwa air yang dipakai sehari-hari berubah warna menjadi kekuningan atau bahkan kecoklatan. Juga terkadang disertai dengan bau tak sedap karena telah tercemar tinja.
Masyarakat yang telah mengetahui bahwa air konsumsinya telah menurun kualitasnya, mereka menjadi khawatir jika mengkonsumsi air tersebut. Khawatir jika adanya bahan kimiawi ataupun bakteri E.coli yang terkandung dan akhirnya masuk ke dalam tubuh manusia yang mengkonsumsi air tersebut.
Di negara kita, penanganan sungai yang tercemar dan penyediaan sumber air layak konsumsi belum menjadi perhatian penuh pemerintah. Meskipun sudah mulai dilirik, namun langkah penanganannya masih sangat kurang. Padahal masalah ini begitu penting bagi keamanan kesehatan diri individu dalam kesehariannya.
Keamanan air layak konsumsi dan layak pakai menjadi penting manakala ketersediaannya kian menipis, banyak sumber air yang tercemar dan berkurangnya daerah resapan air menjadi pekerjaan penting yang harus mulai ditangani oleh pemerintah dan semua orang dengan segera m demi keberlangsungan hidup sehari-hari manusia di muka bumi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H