Lihat ke Halaman Asli

Menilik Sejarah Pemimpin dalam Islam, Pelajaran untuk Tidak Terlalu Fanatik Terhadap Pemimpin

Diperbarui: 13 September 2023   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh mohammad ramezani: https://www.pexels.com/id-id/foto/masjid-makki-11860830/ 

Dalam sejarah Islam, kita dapat menemukan berbagai sosok pemimpin yang berbeda karakter dan kualitas kepemimpinannya. Beberapa di antaranya adalah menantu Nabi Muhammad SAW, sahabat terdekat, bahkan cucu dari sahabat yang dikenal sebagai pemimpin yang sangat adil.

Namun, tidak jarang kita menemui tragedi-tragedi selama masa kepemimpinan mereka. Meskipun mereka memiliki karakteristik yang berbeda, ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari pengalaman mereka. Artikel ini akan membahas beberapa sosok pemimpin dalam Islam yang terkenal diantaranya :

Sayyidina Usman bin Affan RA, Sosok Dermawan yang Berakhir Tragis

Sayyidina Usman bin Affan, yang merupakan menantu Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan. Namun, dalam akhir hayatnya Beliau dikepung oleh sekelompok Muslim yang merasa tidak puas dengan kepemimpinannya karena saat Beliau memimpin dianggap melakukan praktek nepotisme dan tidak memiliki ketegasan. Akhirnya Beliau tewas dibunuh saat sedang membaca Al-Qur'an.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sang Pintu Ilmu 

Sayyidina Ali bin Abi Thalib, yang juga merupakan sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, adalah seorang tokoh yang cerdas dan fasih berbicara. Namun, dalam masa kepemimpinannya Beliau mengalami pertentangan dan peperangan dengan salah satu istri Nabi, ipar Nabi, dan sekelompok Muslim. Beliau dianggap tidak mampu mengungkap dalang di balik pembunuhan Sayyidina Usman dan banyak pejabat negara yang dipecat karena masih terkait dengan keluarga Sayyidina Usman, menyebabkan protes keras dari keluarga Sayyidina Usman dan menimbulkan pergolakan.

Sayyidina Abdullah bin Zubair, Sosok Pemberani yang Diperangi oleh Sesama Muslim

Sayyidina Abdullah bin Zubair bin Awwam adalah salah satu pemimpin yang mengklaim kekhalifahan setelah kematian Muawiyah dan mendirikan kekhalifahan untuk wilayah Mekkah dan Madinah karena menolak berbai'at kepada Yazid, yang dianggap jauh dari sosok pemimpin yang ideal. Akhirnya, dia diperangi bahkan dipancung oleh kelompok Muslim lain yang ingin menggantikannya untuk menjadi khalifah.

Sayyidina Umar bin Abdul Aziz, Keadilan yang Dibayar dengan Racun

Sayyidina Umar bin Abdul Aziz, merupakan cucu dari Abu Hafs Sayyidina Umar bin Khattab dan Khalifah ke-8 dinasti Umayyah. Beliau dikenal sebagai pemimpin yang sangat adil dan zuhud terhadap dunia. Selain seorang yang zuhud, Sayyidina Umar bin Abdul Aziz juga diakui sebagai sosok yang menguasai ilmu agama cukup mendalam. Sejumlah ulama ternama seperti Sufyan ats-Sauri dan Jalauddin as-Suyuti sampai menyebutkan bahwa Sayyidina Umar merupakan Khulafaurrasyidin kelima setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Namun, Beliau juga mengalami nasib tragis. Namun, Beliau wafat diracuni oleh budaknya sendiri karena berupaya memberantas kezaliman dalam keluarganya.

Dari sejarah pemimpin-pemimpin Islam diatas memberikan pelajaran berharga bahwa tidak ada pemimpin yang sempurna, dan tidak semua pemimpin mendapatkan dukungan secara menyeluruh. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak terlalu fanatik terhadap calon pemimpin atau presiden. Sebaliknya, kita perlu berpegang pada nilai-nilai Islam yang mendorong keadilan, kebaikan, dan perdamaian, daripada terjebak dalam pertikaian politik yang dapat merusak persatuan umat.

Ketika kita memilih pemimpin, kita harus melihat karakter dan tindakan mereka secara obyektif, bukan hanya berdasarkan afiliasi politik atau kelompok tertentu. Semua pemimpin, baik dalam konteks Islam maupun lainnya, harus dipilih dan dievaluasi berdasarkan integritas, kompetensi, dan kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan umum. Dan harus diingat bahwa mereka adalah manusia yang rentan terhadap kesalahan dan intrik politik.Oleh karena itu, kita perlu memliki sikap kritis dan bijak agar dapat berkontribusi pada jalannya pemerintahan yang lebih baik dan lebih adil tanpa terjebak dalam fanatisme yang berpotensi merusak persatuan dan kedamaian umat Islam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline