Ketika manusia melihat suatu peristiwa, mereka menyadari bahwa itu merupakan suatu kenyataan. Dimana, terkadang peristiwa yang mereka alami ada yang terlihat seperti benar-benar terjadi, ada pula yang terlihat seperti mengada-ada.
Tergantung siapa yang melihatnya, dapat kita ketahui bahwa setiap pandangan orang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa. Apalagi kalau itu ada hubungannya dengan suatu peristiwa sejarah.
Dalam realitas sejarah, manusia sebagai objek dan peristiwa sebagai subjek. Dimana, manusia yang menjadi sasaran sejarah atau pokok utama yang memengaruhi sejarah, mempunyai peran penting dalam menentukan jalannya sejarah serta memiliki kehendak dan pengambilan keputusan secara bebas.
Sejarah berkaitan erat dengan suatu peristiwa, dan manusia berkaitan erat dengan sejarah. Tanpa adanya peristiwa pasti tidak akan ada sejarah. Tanpa manusia mengenal adanya sejarah pasti mereka tidak akan mengenal dirinya. serta manusia tidak akan memiliki ingatan tentang masa lalunya.
Di dalam realitas sejarah, terdapat realitas objektif dan subjektif. Dimana, di dalam realitas objektif manusia sebagai objek, dapat menerima dan memiliki pandangan yang sama terhadap suatu peristiwa yang nyata tersebut. Sebab, berdasarkan kenyataan yang ada. Contohnya, seperti indonesia yang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, dimana itu adalah fakta yang diakui secara luas dan tidak dapat di bantah dengan pandangan serta pendapat pribadi.
Juga peristiwa kemerdekaan itu memang benar-benar ada, dengan terdapatnya foto jaman ketika kemerdekaan sebagai dokumentasi yang tidak dapat diperdebatkan.
Sedangkan di dalam realitas subjektif, terdapat realitas subjektif dan intersubjektif. Dimana dalam realitas subjektif, manusia ada yang menerima, ada yang tidak menerima peristiwa tersebut. Serta mereka memiliki pandangannya sendiri. Sebab, berdasarkan pendapat pribadi. Contohnya, seperti ketika terjadi peristiwa gempa bumi dan air mulai surut di sekitar pantai, banyak warga yang melihatnya, merasa takut dan bergegas untuk mencari tempat yang tinggi. Tapi warga yang lainnya, melihat ada ikan yang terdampar ketika air surut, berpandangan bahwa ini kesempatan untuk mengambilnya, tanpa curiga dan khawatir bencana sebesar tsunami akan menghampirinya.
Dan dalam realitas intersubjektif, peristiwa yang dialami tersebut, Di wariskan dari generasi ke generasi. yang dimana, masyarakatnya berbagi pandangan terhadap peristiwa tersebut. Contohnya, pandangan manusia tentang kengerian wabah black death (wabah pes) yang menewaskan hampir sepertiga penduduk eropa. Yang kengeriannya di ceritakan dari generasi ke generasi. Juga wabah lainnya yang pernah terjadi di dunia. Yang juga di ceritakan dari generasi ke generasi. Dimana, pandangan seseorang yang menceritakan wabah tersebut berbeda-beda.
Dalam realitas sejarah ini, suatu peristiwa dapat dilihat dan dipahami dengan cara yang berbeda. Tergantung pada perspektif, persepsi dan pemikiran individu atau kelompok yang melihatnya. Realitas sejarah tersebut mengacu pada pemahaman bahwa sejarah bukanlah suatu fakta yang bisa dibicarakan secara umum. Terkadang fakta tersebut bisa saja bohong dan bukan sesuatu yang nyata. Terkadang juga fakta berdasarkan sudut pandang orang, sangatlah berbeda-beda. Dalam pandangan tersebut, kelompok ataupun pihak yang melihat serta terlibat dalam peristiwa tersebut. Memiliki narasi dan penafsirannya masing-masing.
Oleh karena itu, peristiwa dalam sejarah. Sering terjadi beberapa perdebatan antara para sejarawan. Apalagi bila ahli di bidang lainnya ikut terlibat. Tergantung dari beberapa perbedaan pandangan dan pendapat, peristiwa dalam sejarah tersebut pasti memiliki satu persamaan.
Contoh dari realitas sejarah ini, ketika banyak orang yang memandang peristiwa-peristiwa besar seperti perang, revolusi, atau gerakan tertentu. sebagai tindakan heroik dan yang memang harus dilakukan. Tapi, terkadang sebagian atau sekelompok orang. Ada yang menanggapi itu sebagai tindakan kekerasan dan pembunuhan.