Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dahron

TERVERIFIKASI

Penulis

Apakah Penggunaan CRISPR di Indonesia Dapat Memperbaiki Masalah Pangan?

Diperbarui: 21 Januari 2025   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi padi salah satu jenis tanaman pangan di indonesia (sumber gambar: perumperindo.co.id)


Di tengah tantangan ketahanan pangan global, teknologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) menjadi salah satu inovasi yang menjanjikan. Teknologi ini memungkinkan pengeditan gen dengan presisi tinggi, memberikan peluang besar untuk menciptakan tanaman yang lebih tahan terhadap penyakit, hama, dan perubahan iklim.

Dalam konteks Indonesia, yang menghadapi berbagai tantangan seperti lahan pertanian yang semakin terbatas, kerusakan lingkungan, dan peningkatan permintaan pangan akibat pertumbuhan populasi, CRISPR bisa menjadi solusi yang revolusioner.

Namun, pemanfaatannya juga menimbulkan pertanyaan penting: sejauh mana teknologi ini dapat diadaptasi dalam sistem pertanian Indonesia yang beragam? Apakah CRISPR mampu menjadi solusi nyata bagi masalah ketahanan pangan, ataukah teknologi ini hanya akan menambah kesenjangan dalam sektor pertanian? 

Potensi CRISPR dalam Mengatasi Masalah Pangan

CRISPR adalah teknologi rekayasa genetik yang memungkinkan para ilmuwan untuk mengedit DNA dengan presisi tinggi. Dengan menggunakan alat ini, gen pada tanaman dapat dimodifikasi untuk menghasilkan varietas yang lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan kondisi lingkungan yang ekstrem.

Teknologi ini juga membuka peluang untuk meningkatkan nilai gizi tanaman, mempercepat waktu panen, dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia seperti pestisida dan pupuk sintetis.

Di negara seperti Indonesia, yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan tantangan pertanian yang kompleks, CRISPR dapat menjadi solusi potensial untuk mengatasi masalah ketahanan pangan. 

Teknologi ini memungkinkan pengembangan varietas lokal yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan kondisi tanah yang kurang subur, sehingga meningkatkan produktivitas pertanian tanpa perlu memperluas lahan.

Namun, pemanfaatan CRISPR juga memunculkan sejumlah kekhawatiran, mulai dari etika pengeditan gen hingga dampaknya terhadap ekosistem dan keberlanjutan lingkungan. 

Selain itu, penerapan teknologi ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, peneliti, dan petani, agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline