Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dahron

TERVERIFIKASI

Karyawan

Jejak Sejarah Rempah Aceh: Dari Lada Hitam hingga Minyak Nilam

Diperbarui: 4 Desember 2024   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Peserta menata rempah-rempah untuk bumbu masakan pada Aceh Culinary Festival 2023 di Banda Aceh, Jumat (14/7/2023). Antara/Irwansyah

"Aceh, yang dikenal sebagai "Serambi Mekah," memiliki peran penting dalam sejarah perdagangan dunia."

Lokasinya yang strategis di ujung barat kepulauan Nusantara menjadikan Aceh sebagai pintu gerbang perdagangan internasional, tempat bertemunya para pedagang dari Asia, Timur Tengah, hingga Eropa. Selain itu, kekayaan alam Aceh berupa rempah-rempah berkualitas tinggi, seperti lada hitam, pala, dan cengkih, menjadikan wilayah ini pusat perhatian dalam perburuan rempah oleh bangsa-bangsa Barat.

"Pada abad ke-16, Aceh sempat menjadi titik jalur rempah Nusantara yang kerap disinggahi berbagai kapal dari tiap penjuru mata angin, sehingga Aceh tercatat dalam peta perdagangan global dan lewat jalur rempah telah menghubungkan Aceh dengan dunia.

Kejayaan yang pernah tertoreh di masa lalu tersebut, direka kembali Disbudpar dengan memamerkan 24 komoditas rempah asal Aceh dan jalur perdagangannya di Museum Aceh, Banda Aceh yang pernah berjaya kepada seluruh masyarakat di Tanah Rencong dan masyarakat luar lainnya." 21 Maret 2022. (Sumber: m.antaranews.com)

Pelabuhan-pelabuhan di Aceh dipenuhi kapal-kapal dagang yang membawa rempah Aceh ke pasar dunia, sekaligus membawa budaya dan pengaruh dari berbagai bangsa ke wilayah ini. Kekayaan alam Aceh yang melimpah ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjadi alasan utama bagi bangsa Barat untuk menjalin hubungan, bahkan hingga mendirikan koloni demi menguasai jalur perdagangan tersebut.

Kekayaan Rempah yang Memikat

"Pada abad ke-16, Aceh menjadi jalur perdagangan dunia, beberapa komoditi yang menjadi barang perdagangan dunia diantaranya lada hitam, pala, lada putih, cengkih, manjakani, ketumbar, kemiri, kayu manis, beras, kopi, jintan, manjakani, biji adas, teh, kayu cendana, pinang, kemenyan, kapur barus, kayu gaharu, rotan, tawas, belerang, tembakau, kayu cendana dan kapulaga serta beberapa jenis lainnya." Rabu, 05 Juni 2024. (Sumber: maa.acehprov.go.id)

Permintaan yang tinggi terhadap rempah-rempah ini mendorong Aceh untuk mengembangkan sektor pertanian dan perdagangan maritimnya. Pelabuhan-pelabuhan di Aceh, seperti Pelabuhan Pasai dan Aceh Darussalam, menjadi pusat aktivitas dagang yang ramai. Pedagang dari Timur Tengah, India, Cina, hingga Eropa datang untuk memperoleh rempah-rempah tersebut, yang pada masa itu dianggap sebagai komoditas mewah dan bernilai tinggi.

Tidak hanya dalam bentuk rempah kering, Aceh juga menghasilkan produk olahan seperti minyak pala, minyak cengkih, dan minyak nilam, yang semakin menambah daya tarik bagi para pedagang asing. Minyak-minyak ini digunakan sebagai bahan dasar parfum, pengobatan, hingga aromaterapi, menjadikan Aceh sebagai produsen yang diakui di pasar internasional.

Alasan Bangsa Barat Tertarik

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline