"Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai negara termasuk Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang semakin pelik."
Dampak krisis ekonomi ini memicu gelombang PHK di banyak sektor, tingginya angka pengangguran, serta kesulitan mencari pekerjaan yang layak. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan harga emas yang terus melonjak menambah beban hidup masyarakat. Di tengah tekanan ekonomi ini, banyak anak muda merasakan keresahan, bahkan beberapa di antaranya gagal mencapai rencana hidup seperti pernikahan.
Selain tekanan ekonomi yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat umum, generasi muda menjadi salah satu kelompok yang paling terpengaruh oleh ketidakpastian ini. Bagi mereka, krisis ini bukan hanya soal kehilangan pekerjaan atau sulitnya mencari peluang kerja baru, tetapi juga tentang rasa tidak aman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan biaya hidup yang semakin tinggi dan penghasilan yang tidak sebanding, mereka harus mempertimbangkan ulang prioritas hidup yang sebelumnya dianggap penting.
Kenaikan harga barang dan kebutuhan pokok mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, sehingga pengeluaran untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka. Kondisi ini membuat anak muda semakin sulit untuk menabung atau mengumpulkan dana guna merencanakan masa depan, termasuk biaya untuk pernikahan, yang kini semakin mahal akibat inflasi. Tidak heran jika sebagian dari mereka mengalami kecemasan dan mulai mempertanyakan masa depan yang terlihat semakin sulit untuk diraih.
Tantangan Ekonomi dan Pengaruhnya pada Angka Pengangguran
Salah satu dampak nyata dari ketidakstabilan ekonomi adalah meningkatnya angka pengangguran. Beberapa perusahaan terpaksa melakukan PHK massal untuk mengurangi biaya operasional. Kondisi ini tentu berdampak langsung pada ketersediaan lapangan kerja. Persaingan ketat dan jumlah lowongan yang terbatas membuat anak muda semakin sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.
Dalam kondisi ini, anak muda yang baru lulus atau yang memiliki pengalaman kerja terbatas menjadi kelompok yang paling rentan terdampak. Dengan persaingan yang semakin ketat, perusahaan cenderung lebih memilih kandidat dengan pengalaman dan keterampilan tinggi, sehingga banyak lulusan baru yang harus bersaing dengan tenaga kerja yang lebih berpengalaman. Hal ini menyebabkan lulusan baru menghadapi tantangan yang besar untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka, bahkan di posisi entry-level sekalipun.
Selain itu, keterbatasan lowongan kerja juga membuat anak muda harus beradaptasi dengan pilihan karir yang mungkin tidak sesuai dengan minat atau keahlian mereka. Banyak di antara mereka yang akhirnya terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan, atau bahkan mengambil pekerjaan sementara dan informal demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Situasi ini tidak hanya berdampak pada produktivitas dan kepuasan kerja, tetapi juga pada prospek jangka panjang karir mereka.
Sementara itu, tekanan ekonomi juga berdampak pada kesejahteraan psikologis anak muda. Ketidakpastian pekerjaan, pendapatan yang rendah, dan beban biaya hidup yang semakin tinggi memicu stres, kecemasan, dan perasaan putus asa. Kondisi ini dapat mengurangi semangat mereka untuk berkarya, dan berpotensi menimbulkan efek jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Lonjakan Harga Emas dan Efeknya pada Stabilitas Keuangan