Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dahron

TERVERIFIKASI

Karyawan

Wajarkah Pendidikan di Dalam Kota Selalu Lebih Unggul Dibandingkan Pendidikan di Daerah Pelosok?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sekolah di pelosok (sumber gambar: akun Facebook/ Taufik)

"Di Indonesia, kesenjangan pendidikan antara wilayah perkotaan dan pelosok telah menjadi isu yang terus diperbincangkan."

Masalah ini mencakup perbedaan yang mencolok dalam kualitas fasilitas, ketersediaan tenaga pengajar, serta akses ke teknologi dan sumber daya belajar. Siswa yang tinggal di perkotaan sering kali memiliki lebih banyak peluang untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik dan berkualitas, sementara siswa di pelosok masih harus menghadapi berbagai keterbatasan. 

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pencapaian akademis, tetapi juga pada kesenjangan sosial dan ekonomi di kemudian hari. Di tengah upaya pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan, muncul pertanyaan penting: wajarkah jika pendidikan di kota selalu lebih unggul dibandingkan pendidikan di daerah pelosok?

Penting bagi kita untuk memahami berbagai faktor yang memengaruhi kualitas pendidikan di kedua wilayah ini. Seiring berkembangnya teknologi dan makin meningkatnya kebutuhan akan pendidikan yang setara, diperlukan solusi nyata untuk mengatasi kesenjangan ini dan memberikan peluang yang adil bagi semua siswa, baik di kota maupun di pelosok.

Faktor-faktor Penyebab Kesenjangan Pendidikan

Ada beberapa faktor utama yang memengaruhi kualitas pendidikan antara kota dan pelosok:

  • Fasilitas dan Infrastruktur. Sekolah-sekolah di perkotaan umumnya memiliki infrastruktur yang lebih baik, seperti gedung yang layak, laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas olahraga yang lengkap. Sementara itu, banyak sekolah di pelosok yang masih mengalami keterbatasan fasilitas dasar. Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar di daerah pelosok menjadi kurang optimal dan cenderung tertinggal dibandingkan dengan sekolah di perkotaan.
  • Kualitas dan Kuantitas Tenaga Pengajar. Di kota-kota besar, biasanya terdapat tenaga pengajar yang lebih berkualitas, baik dari segi pendidikan maupun pengalaman. Selain itu, jumlah guru di perkotaan juga cenderung mencukupi bahkan berlebih, memungkinkan pembagian waktu mengajar yang lebih ideal. Di sisi lain, daerah pelosok sering kekurangan guru, bahkan untuk mata pelajaran dasar. Tidak jarang satu guru harus mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus karena keterbatasan tenaga pengajar. Kondisi ini menyebabkan kualitas pendidikan di pelosok sulit menyamai pendidikan di perkotaan.
  • Akses ke Teknologi dan InformasiPerkembangan teknologi telah menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan, seperti akses internet dan perangkat digital yang memperkaya proses belajar. Di perkotaan, akses ini relatif mudah dan umum dijumpai, mendukung siswa untuk menggali informasi lebih dalam melalui internet atau aplikasi pembelajaran. Namun, di daerah pelosok, akses internet dan perangkat teknologi masih sangat terbatas, sehingga siswa di sana sulit memanfaatkan kemajuan teknologi dalam belajar. Kesenjangan ini membuat proses pembelajaran di pelosok menjadi kurang efektif dibandingkan dengan di kota.
  • Dukungan Pemerintah dan Program Pendidikan. Pemerintah sering kali berfokus pada perbaikan pendidikan di wilayah perkotaan, dengan program-program peningkatan kualitas dan akses pendidikan yang mudah dilaksanakan di kota-kota besar. Walaupun ada upaya untuk meningkatkan pendidikan di daerah terpencil, seperti program guru penggerak atau bantuan dana, implementasinya sering kali terhambat oleh kondisi geografis, minimnya infrastruktur, atau ketidakstabilan politik lokal. Akibatnya, dampak positif dari kebijakan tersebut belum terasa secara merata di pelosok.
  • Perbedaan Sosial dan Ekonomi. Kondisi sosial dan ekonomi antara masyarakat kota dan pelosok juga turut memengaruhi kualitas pendidikan. Di perkotaan, orang tua lebih mungkin memiliki penghasilan yang cukup untuk membiayai kebutuhan pendidikan anak, seperti kursus tambahan atau perangkat belajar digital. Di daerah pelosok, ekonomi masyarakat yang lebih terbatas menghambat orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anak mereka. Kurangnya dukungan ini turut memperlebar kesenjangan dalam kualitas pendidikan.

Dengan adanya berbagai faktor di atas, kesenjangan antara pendidikan di perkotaan dan pelosok terus terjadi, memengaruhi kesempatan yang dimiliki oleh siswa di masing-masing wilayah. Hal ini kemudian menimbulkan tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi yang mampu memberikan kesempatan belajar yang adil dan setara bagi semua siswa, tanpa memandang lokasi tempat tinggal mereka.

Dampak Kesenjangan Pendidikan

Kesenjangan pendidikan antara kota dan pelosok memiliki dampak jangka panjang yang signifikan, baik bagi individu maupun masyarakat. Anak-anak yang tumbuh dan belajar di daerah terpencil sering kali menghadapi keterbatasan dalam pencapaian akademis yang kemudian berdampak pada peluang kerja dan pendapatan di masa depan. 

Akibatnya, banyak dari mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sulit diputus karena keterbatasan akses ke pendidikan berkualitas. Kesenjangan ini juga berpotensi memperlebar jarak antara kelas sosial, di mana kelompok masyarakat di perkotaan mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan taraf hidup, sementara masyarakat di pelosok tertinggal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline