Konflik antara ibu dan anak dapat terjadi pada setiap keluarga. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh berbagai hal, seperti perbedaan pendapat, masalah kepercayaan, kurangnya komunikasi, dan sebagainya.
Namun, ketika ibu dan anak saling bertengkar, dampaknya dapat berpengaruh pada aspek psikologis dan emosional keduanya.
Gangguan pada aspek psikologis dan emosional yang dialami anak akibat konflik dengan ibu dapat berdampak pada perilaku anak di masa depan.
Anak yang seringkali diabaikan oleh ibunya atau merasa tidak didengarkan saat berbicara, cenderung memiliki rasa tidak percaya diri dan menderita masalah kepercayaan diri di masa dewasa nanti.
Anak yang seringkali bertengkar dengan ibunya juga bisa merasa tidak diterima dan tidak berharga. Hal ini bisa menganggu pembentukan self-esteem yang seharusnya dibangun sejak usia dini.
Sebaliknya, anak yang tumbuh dengan ibu yang selalu mendengarkan dan memberikan perhatian yang penuh, akan terbantu dalam membangun rasa percaya diri dan mengembangkan self-esteem yang sehat.
Konflik yang berkepanjangan juga dapat berdampak pada aspek emosional anak. Anak yang terus-menerus terpapar konflik antara ibu dan anak, terutama yang bersifat merusak, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil.
Mereka bisa cenderung merespon kejadian sehari-hari dengan marah, cemas, hingga depresi.
Ikatan emosional dan kepercayaan yang terjalin antara ibu dan anak adalah faktor penting dalam pembentukan hubungan yang stabil antara kedua belah pihak.
Ketika terjadi konflik antara ibu dan anak, melibatkan perang kata-kata, sikap marah dan dendam, keduanya bisa lupa bahwa sebenarnya mereka sedang menghancurkan hubungan yang seharusnya lebih baik.