Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dahron

TERVERIFIKASI

Karyawan

Dampak Buruk Ketika Ibu dan Anak Saling Bertengkar: Aspek Psikologis dan Emosional

Diperbarui: 20 September 2024   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi konflik antara ibu dan anak dalam keluarga  (sumber gambar: fimela.com)


Konflik antara ibu dan anak dapat terjadi pada setiap keluarga. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh berbagai hal, seperti perbedaan pendapat, masalah kepercayaan, kurangnya komunikasi, dan sebagainya. 

Namun, ketika ibu dan anak saling bertengkar, dampaknya dapat berpengaruh pada aspek psikologis dan emosional keduanya.

Gangguan pada aspek psikologis dan emosional yang dialami anak akibat konflik dengan ibu dapat berdampak pada perilaku anak di masa depan. Anak yang seringkali diabaikan oleh ibunya atau merasa tidak didengarkan saat berbicara, cenderung memiliki rasa tidak percaya diri dan menderita masalah kepercayaan diri di masa dewasa nanti.

Anak yang seringkali bertengkar dengan ibunya juga bisa merasa tidak diterima dan tidak berharga. Hal ini bisa menganggu pembentukan self-esteem yang seharusnya dibangun sejak usia dini. Sebaliknya, anak yang tumbuh dengan ibu yang selalu mendengarkan dan memberikan perhatian yang penuh, akan terbantu dalam membangun rasa percaya diri dan mengembangkan self-esteem yang sehat.

Konflik yang berkepanjangan juga dapat berdampak pada aspek emosional anak. Anak yang terus-menerus terpapar konflik antara ibu dan anak, terutama yang bersifat merusak, cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Mereka bisa cenderung merespon kejadian sehari-hari dengan marah, cemas, hingga depresi.

Ikatan emosional dan kepercayaan yang terjalin antara ibu dan anak adalah faktor penting dalam pembentukan hubungan yang stabil antara kedua belah pihak. Ketika terjadi konflik antara ibu dan anak, melibatkan perang kata-kata, sikap marah dan dendam, keduanya bisa lupa bahwa sebenarnya mereka sedang menghancurkan hubungan yang seharusnya lebih baik.

Dalam jangka panjang, konflik berulang antara ibu dan anak dapat merusak ikatan emosi dan kepercayaan yang terjalin di antara keduanya. Sebuah hubungan yang terjalin dengan kuat ditandai dengan saling percaya, saling mengerti dan saling menghargai antara ibu dan anak. Namun, jika konflik diabaikan dan tidak ditangani dengan tepat, kedua belah pihak bisa kehilangan kepercayaan dan saling bertengkar secara terus menerus.

Di sisi lain, siapa pun anak yang terus-menerus bertengkar dengan ibunya, akan merasa tidak aman dan tidak stabil secara psikologis. Mereka bisa kehilangan rasa memiliki tempat dalam keluarga dan hal ini bisa mempengaruhi percaya diri di masa depan. Selain itu, anak yang mengalami konflik terlalu sering juga bisa terhambat perkembangannya, baik secara akademis maupun sosial.

Sebagai orang tua, terutama sebagai ibu, penting memperhatikan ikatan emosional dengan anak dan tidak mengabaikan perasaan dan pendapat mereka. Komunikasi terbuka adalah kunci dalam menjaga hubungan yang sehat dengan anak. Jangan sampai anak merasa tidak nyaman saat berbicara atau merasa diabaikan karena hal ini dapat merusak ikatan emosi yang seharusnya terjalin di antara keduanya.

Ketika ibu dan anak terus-menerus saling bertengkar, kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan pola komunikasi yang seharusnya dibangun di antara keduanya bisa menjadi rusak. Anak akan merasa tidak nyaman untuk berbicara dengan ibunya dan tidak mendapatkan dukungan emotional dan fisik yang diinginkannya. Selain itu, anak cenderung merasa diabaikan dan tidak dihargai di dalam keluarga, dengan demikian ia mungkin lebih sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain di luar keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline