Perkebunan sawit adalah salah satu jenis produksi pertanian yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun, pada kenyataannya ekspansi perkebunan sawit seringkali menimbulkan berbagai dampak negatif, terutama dalam hal lingkungan dan sosial.
Hal ini menjadi semakin buruk ketika perkebunan sawit dibuka di daerah dataran curah hujan rendah, yang merupakan daerah yang sangat sensitif dan rentan terhadap kerusakan lingkungan.
Di samping itu, pembukaan lahan perkebunan sawit di dataran curah hujan rendah dapat pula menyebabkan terjadinya erosi tanah. Tanah di dataran rendah memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk menyimpan air.
Ketika terjadi hujan, air tidak dapat terserap oleh tanah dan merembes ke bawah permukaan tanah. Akibatnya, air mengalir di atas tanah dan kemudian membawa bersamanya lapisan tanah yang subur. Hal ini dapat menyebabkan bekas lahan perkebunan sawit menjadi tandus dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.
Dalam hal pemanfaatan lahan, perkebunan sawit juga seringkali merusak kemampuan tanah untuk menghasilkan hasil panen yang optimal di masa depan.
Kebutuhan akan pupuk kimia untuk perkebunan sawit seringkali menghambat siklus alami tanah dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada tanah tersebut. Jika lahan tidak dikelola dengan benar, maka potensi untuk produksi pertanian di masa depan akan menurun drastis.
Masyarakat di sekitar lokasi perkebunan sawit juga seringkali mengalami dampak negatif dari pembukaan lahan perkebunan sawit di dataran curah hujan rendah.
Kebanyakan masyarakat di daerah ini bergantung pada sumber daya alam, seperti air dan lahan pertanian, untuk berbagai kebutuhan mereka.
Ketika perkebunan sawit mengambil alih sebagian besar tanah, maka masyarakat setempat kehilangan sumber kehidupan mereka dan terpaksa beralih mencari pekerjaan yang lebih sulit dan berbahaya.
Dataran curah hujan rendah