Lihat ke Halaman Asli

Tertawakan Sebab Lucu atau Menertawakan

Diperbarui: 24 Agustus 2017   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

'Barimeng, kapan kamu syukuran?' Tanya Barigas membahas soal Barimeng baru saja diterima di universitas yang baru berdiri.

'Keterima kuliah saja masa' syukuran,' balas Barimeng.

'Iyalah,' Barikat ikut-ikutan.

'Yo, nanti sujud syukur bareng. Itu sudah cukup menunjukkan rasa syukurku.' Ucap Barimeng

Semuanya tertawa geli.

'Nanti Barimeng bakal mengukir sejarah, sob, sebagai angkatan pertama yang lulus.' Celetuk Barigas.

'Enak ya Barimeng, nanti awal kuliah tidak ada ospek.' ucap Barikat.

'Terkecuali dosennya turun tangan.' sergah Barigas. Yang menggelakkan tawa kami berempat, terkecuali Barimeng yang tersenyum kecil. Barikut tertawa saja, tidak ikut patungan bicara. Tapi paling keras.

Tawa berhenti semua hening cukup lama. Barikat memulai, ' Hei, mahasiswa baru. Nanti tidak ada yang tanya soal umurmu, Barimeng. Santai saja.'

Barikut tertawa keras sendiri, lalu disusul Barikat, 'Kok ketawa? Apa yang lucu?' Barikat tergelak.

'Tidak apa-apa,' Barikut tidak bisa menjelaskan dan tidak mau menjelaskan alasannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline