Lihat ke Halaman Asli

Nahdlatul Ulama vs Ideologi Islam Transnasional

Diperbarui: 10 Desember 2017   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya tema tentang "NU VS IDEOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL" sudah dikupas tuntas di era kepemimpinan KH. Ahmad Muzadi (Allah yarhamuh) ketika beliau menjabat sebagai ketua umum PBNU bahkan telah didokumentasikan serara tersusun di perpustaskaan PBNU Jakarta. Namun dalam hal ini penulis ingin mengangkat kembali tentang perlawanan sengit antara ideologi islam sunni asli nusantara (Red; NU) dengan ideologi transnasional yang akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus bagi kaum Nahdhiyin mengingat maraknya kampanye, sosialisasi bahkan doktrin ideologi impor yang sangat membahayakan bagi kesatuan bangsa dan bernegara.

  • RINGKASAN SEJARAH BERDIRINYA NAHDLATUL ULAMA

Salah satu tujuan awal dibentuknya Nahdlatul Ulama adalah untuk menghadang faham wahabisme yang pada saat itu Muhammad Ibn Abdul Wahab dan Abd Al-Aziz Ibnu Saud adalah peletak dasar kerajaan Saudi Arabiya serta menyebarkan faham wahabisme diseluruh Jazirah Arab. Diantara upaya yang dilakukan oleh kaum wahabisme ini adalah melarang praktik ibadah yang tidak sepaham dengannya, membongkar situs-situs sejarah islam, dan hal yang membuat cemas para kyai pesantren adalah bahwa maqam Rasul Muhammad SAW akan dibongkar. 

1-5a2d2e58bde5755b943e0ee2.jpg

Pernyataan ini tentu membuat para kyai berfikir keras untuk mengkritik faham wahabi yang sangat bertentangan dengan faham Ahlu Sunnah Waljamaah, lantas ketika itu dibentuklah komite Hijaz namun belum ada wadah organisasi, maka dibentuklah Nahlatul Oelama sebagai wadah untuk memperhatankan islam Aswaja yang sesuai dengan ajaran wali songo, ulama sunni dan tentu selaras dengan ajaran kanjeng Rasul.

Sejak awal berdirinya NU, ideologi islam transnasional kurang mendapat angin segar di negara ini, tak hanya itu pemerintahan orde lama nampaknya sangat loyal kepada ormas NU ini sehingga setiap kebijakan yang disuarakan oleh NU maka akan didukung. Semua ini karena adanya kesadaran serta kirprah para ulama dalam mempertahankan faham Ahlu Sunnah wal Jamaah dan memperkuat ukhuwah wathaniyah, tak hanya itu NU juga merupakan salah satu ormas yang terlibat langsung dalam memerdekakan bangsa ini oleh karenanya layak menjadi 'pemegang saham" republik Indonesia.

  • NASIB NU & IDIOLOGI ISLAM TRANSNASIONAL DI ERA ORDE BARU

Pada era orde baru ini kaum nahdhiyihn mendapat tekanan dari pemerintah, NU tidak bisa leluasa menjalankan agendanya secara maksimal bahkan untuk merangsek ke sektor pemerintah dan birokrasipun sangat susah. Tak hanya itu setiap pergerakan NU akan selalu diawasi oleh bayang-bayang pemerintahan orde baru. Maka tak heran jika gus mus mengatakan bahwa pada era ini NU selalu didhalimi ditindas dan mendapat kecaman dari berbagai pihak. 

bertemu-soeharto-fmj6qg-5a2d2e735e13735be87d1543.png

                                                                                               (mantan presiden Suharto bersama para ulama senior NU)

Namun para kyai dan intelektual NU mampu menembus gelombang tekanan Orba ini sehingga perjuangan NU dari mulai berdirinya hingga sekarang selalu eksis mengawal paham ahlu Sunnah dan NKRI. Berbeda dengan ideologi transnasional yang pada saat itu belum ada tokoh yang mampu mengomandoi dengan baik, sehingga perjuangannyapun selalu digebuk oleh orde baru karena dianggap mengancam pemerintahan.

  • IDEOLOGI TRANSANASIONAL DAN PASCA DIBUKANYA PINTU DEMOKRASI

Setelah jatuhnya rezim orde baru maka demokrasi dibuka selebar-lebarnya, semua peraturan yang dahulu sangat mengekang masyakarat kini telah longgar sehingga setiap orangpun berhak untuk menyuarakan haknya masing-masing. dampak dari semua ini adalah demokrasi tanpa batas. Ideologi Transnasionalpun mendapat ruang untuk bergerak bebas menyebarkan ideologi mereka ditanah air, maka tidak heran jika penyebaran ideologi imporan ini dikampanyekan secara terstruktur dan massif pasca era millennium sehingga munculah serangan terorisme secara beruntutan mulai dari bom bali 1, bom bali 2, bom Hotel Jw Mariot Jakarta, dan lain sebagainya. 

Tak hanya itu harmonisasi kehidupan bermasyarakatpun kian meredup lantaran hampir setiap hari para pengusung ideologi transnasional ini tak henti-hentinya menyebarkan propaganda yang bisa mengancam keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia. KH. Dr. Ghazali Said penulis buku "Ideologi Kaum Fundamentalis Trans Pakistan Mesir" mengatakan bahwa "Ideologi Islam TransNasional merupakan gerakan Islam yang berada di tanah air tetapi yang mengendalikan dari luar misalnya Ikhwanul Muslimin, suatu contoh, ini pengendali utamanya dari mesir, jadi kedudukan al-mursyid al-aam di Mesir". 

Tak hanya Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hizbu Tahrir yang didirikan oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani serta Wahabisme yang dicetuskan oleh Muhammad Ibn Abdul Wahab menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan faham Aswaja di tanah air. Bahkan promosi Hizbu Tahrir akan khilafahnyapun sangat mengkhawatirkan bagi NKRI.

isis-5a2d2f852a582357a358d333.jpg

                                                (Pemerintah melarang keberadaan ISIS di Indoenesia demi menjaga stabilitas politik dan persatuan negara)
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline