Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Azmi Ali

kasih yang terkisahkan

terpaksa Menikah, Harus Bagaimanakah Aku?

Diperbarui: 27 November 2021   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang tidak ingin menikah, rasanya ngga ada yaaa. Menikah adalah salah satu proses dalam kehidupan kita yang akan dilewati. Namun sering muncul pertanyaannya yang mengusik "kapan ya kita akan menikah?" atau pertanyaan lain seperti "mapan dulu atau nikah dulu?". Pasti banyak diantara kamu yang dibuat dilema dengan krisis pemikiran seperti itu. Kali ini tema Sputnik yang berkaitan dengan tips pernikahan memang agak sedikit berat hehe..... akan tetapi bisa sedikit  mencerahkan kamu yang dilema akan masalah ini.

menikah itu (sebenarnya) bukan tentang cinta lho tetapi jodoh, iya nggak? Maksud saya, meski ada seseorang yang kamu cintai, bahkan kamu sudah menjalin kasih tak halal bersamanya selama bertahun-tahun namun kalau dia bukan jodoh yang Allah takdirkan untukmu, ya pasti hubungan kalian nggak bakal sampai ke pelaminan.

Islam tidak mengingkari adanya cinta seorang manusia kepada lawan jenisnya. Ia adalah fitrah dan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi bila waktu pemenuhannya telah tiba. Hanya saja, demi terpeliharanya kehormatan dan harga diri manusia, Islam menyerukan agar pemenuhannya dilakukan dengan cara yang benar, yaitu lewat pernikahan.

bukan paksaan tapi ibadah yang sangat di anjurkan Kalau kamu nonton sinetron yang mengangkat kisah tentang perjodohan, kamu akan mendapati adegan dimana suami atau istri yang menolak perjodohan tersebut akan berbuat dzholim terhadap pasangannya.

Entah dengan bersikap cuek dan kasar, menolak tidur seranjang, menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah hingga melakukan perselingkuhan. Percayalah kisah dramatis seperti itu tidak hanya terjadi di sinetron. Banyak rumah tangga yang kehilangan 'surga' di dalamnya karena dibangun tanpa keikhlasan. Pernikahan yang seharusnya mendatangkan kebahagiaan itu justru menjelma 'neraka' bagi mereka yang terpaksa menjalaninya.

Sebenarnya boleh-boleh saja orang tua menjodohkan sang anak dengan calon pilihannya. Toh memang tidak ada larangan perjodohan dalam Islam. Bahkan perjodohan sudah ada sejak zaman Rasulullaah masih hidup lho. Aisyah radhiallaahu 'anha pun sejak kecil telah dijodohkan dengan Rasulullaah shallaallaahu 'alaihi wassalam yang merupakan sahabat orang tuanya.

Namun, orang tua tidak boleh memaksakan keinginannya. Perjodohan yang dilakukan orang tua harus tetap atas persetujuan si anak. Dalam artian orang tua harus meminta izin ketika hendak menjodohkan sang anak dengan calon pilihannya. Dan anak berhak untuk menerima atau menolak perjodohan tersebut.

Rasulullaah pun pernah membatalkan status pernikahan wanita yang menikah karena terpaksa. Mungkin kamu pernah dengar kisah Khanza binti Khadzdzam.

Alkisah, Khansa dilamar oleh dua pemuda, yakni Abu Lubabah bin Mundzir, salah seorang pahlawan pejuang dan sahabat Nabi, serta seorang laki-laki dari Bani Amr bin Auf yang masih kerabatnya.

Sebenarnya, Khansa tertarik pada Abu Lubabah. Namun, sang ayah punya kemauan sendiri, yakni memilih anak pamannya untuk putrinya. Khansa pun akhirnya dinikahkan ayahnya dengan anak pamannya. Lalu Khansa segera menemui Rasulullah dan mengadukan masalah itu.

"Ya, Rasulullah, sesungguhnya bapakku telah memaksa aku untuk kawin dengan orang yang diinginkannya, sedangkan aku sendiri tidak mau." Rasulullah lalu bersabda, ''Tidak ada nikah dengannya, kawinlah engkau dengan orang yang kamu cintai.'' Akhirnya Khansa pun menikah dengan Abu Lubabah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline