Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Azka Ulin Nuha

UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA

Menjadi Anehlah Maka Kamu akan Terkenal: Urgensi Pengembangan Inovasi dan Kreativitas Unik untuk Menghadapi Maraknya Globalisasi

Diperbarui: 17 Oktober 2024   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada zaman sekarang, berbagai teknologi, ilmu pengetahuan, informasi juga sarana kehidupan sedang berkembang begitu pesat. Manusia adalah pelopor utama dalam perkembangan teknologi dan informasi. Saat ini masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi apa pun mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat. Globalisasi merupakan proses integrasi dan interaksi bertahap antara individu, entitas dan negara yang berbeda di seluruh dunia. Globalisasi memiliki beberapa bentuk di antaranya di bidang IPTEK, ekonomi, komunikasi, transportasi, dan kebudayaan yang bisa menjadi pengaruh bagi seluruh aspek kehidupan.

Meskipun fenomena ini membawa banyak manfaat, tetapi juga memiliki dampak negatif yang perlu kita waspadai. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah hilangnya identitas budaya lokal. Dengan masuknya budaya asing, banyak generasi muda yang lebih tertarik pada budaya luar daripada budaya mereka sendiri. Hal ini dapat menyebabkan tradisi dan nilai-nilai lokal menjadi terpinggirkan. Jika diambil contoh dari karakter generasi masa kini memiliki karakteristik yang cenderung dengan sikap ikut-ikutan, lebih suka dengan sesuatu yang sedang "trending", dan lebih suka terhadap apa yang unik atau aneh. Fenomena tersebut merupakan pengaruh globalisasi, yang mempengaruhi kalangan lokal di kehidupannya. Nah bagaimana cara mengatasi masalah globalisasi ini?.

Tentunya sebelum membahasnya, perlu sedikit cerita. Pada suatu hari, saya melakukan perjalanan dari Boyolali menuju Kendal. Dengan sepeda motor merah dan tas punggung gemuk di pundak. Singkat cerita, setelah melakukan perjalanan, di tengah perjalanan saya tiba-tiba dikejutkan dengan suatu poster yang berisi gambar yang mempromosikan Mas Din dengan salah satu usahanya berupa sebuah perumahan. Mas Din yang saya tahu dulu hanyalah pemilik suatu usaha angkringan. Mas Din atau Mas Gondrong adalah salah satu sosok yang berperan penting sebagai tokoh utamanya di angkringan "west" Semarang. Dia memiliki keunikan dalam melayani pembelinya sehingga kini menjadi ramai diperbincangkan di media sosial. Mulanya ia "viral", karena ramai dibandingkan dengan para pelayan di "Karen's Diner" yang dicitrakan selalu galak pada pelayanannya. Mas Din dengan keanehannya, melayani pembeli dengan ciri khas tersendiri menggunakan gaya ketus dan medok "semarangan" yang berkesan humoris dan memiliki keakraban yang lebih terhadap pelanggan. Sifat kemarah-marahannya Mas Din bukanlah hal yang benar-benar marah, namun ini adalah suatu kekhasan dia dalam melayani pembelinya. Dalam perjalanan usahanya, Mas Din rupanya tidak hanya pemilik angkringan, namun Mas Din mempunyai kegiatan sampingan lainnya seperti mengelola perumahan dan lain sebagainya. Hal baik yang bisa kita ambil dari Mas Din adalah bagaimana dia mempromosikan usahanya.

Selain Mas Din sifat aneh yang dimiliki oleh seseorang pun terdapat pada aktor Mr. Bean. Dalam berperan menjadi tokoh di sebuah film memiliki ciri khas yang aneh namun menarik, dengan tingkah lucunya, dan berbagai komedi-komedi yang dibuatnya, sehingga bisa menarik banyak orang. Dalam semua tingkahnya yang begitu aneh, tokoh asli dalam kehidupan nyatanya juga memiliki keterampilan yang lain, seperti suka menulis di majalah, menjadi tamu penting dalam acara di daerah sekitarnya, dan suka mengoleksi mobil mewah. Dalam permainan drama Mr. Bean nilai yang bisa kita ambil yaitu bagaimana dia bisa menarik penontonnya. Tidak berhenti di situ saja, fenomena kreativitas yang unik juga tercermin pada sosok Gus Dur, seorang tokoh besar dengan kekhasan pendekatan secara inovatif dan humornya. K. H. Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur merupakan tokoh besar yang pemikirannya melampaui sekat-sekat agama, etnis, dan budaya. Sering kali Gus Dur dalam melontarkan kata-katanya identik dengan khas candaaan dalam cerita-ceritanya yang menjadi suatu keunikannya.

 Contohnya humor pada kala itu, Saat Gus Dur masih berusia belasan tahun, ia mondok di Pondok Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam atau Pesantren A.P.I Tegalrejo, Magelang. Gus Dur bersama beberapa teman-temannya merancang skenario pencurian ikan di kolam milik Sang Guru, Kiai Chudlori. Pada waktu itu, Gus Dur menyuruh teman-temannya untuk mencuri ikan di kolam, sementara Gus Dur mengawasi di pinggir kolam. Gus Dur tak ikut terjun masuk kolam, hanya di pinggirnya saja, dengan dalih untuk mengawasi jika sewaktuwaktu Kiai Chudlori keluar dan melewati kolam. Tak lama kemudian, Kiai Chudlori selalu keluar rumah setiap pukul 01.00 WIB untuk menuaikan salat malam di masjid dan melintas di dekat kolam. Seketika itu juga, teman-teman bengal Gus Dur yang sedang asyik mengambil ikan langsung disuruh kabur. Sementara Gus Dur tetap berdiri di pinggir kolam dengan memegang ikan hasil curian. "Tadi ikan milik kiai telah dicuri oleh santri-santri bengal dan saya berhasil mengusir para pencuri itu,? Ikan hasil curiannya berhasil saya selamatkan," kata Gus Dur kepada Kiai Chudlori. Atas "jerih-payah" itu, akhirnya Kiai Chudlori menghadiahkan ikan tersebut kepada Gus Dur, untuk dimasak di kamar bersama teman-temannya. Dan ikan itu langsung dimasak dan dinikmati Gus Dur bersama teman-teman bengalnya. Teman-teman bengal yang disuruh mencuri tadi mengajukan protes kepada Gus Dur. Namun bukan Gus Dur namanya jika tak bisa berdalih yang lebih penting adalah hasilnya. "Ah kamu juga ikut makan ikannya. Lagi pula, ikan ini kan sudah halal," kata Gus Dur enteng.

Cerita ini adalah humor, Gaya bahasa yang digunakan oleh Gus Dur adalah hasil pengetahuan yang mendalam serta kemampuannya berinteraksi dengan berbagai kalangan. Dalam komunikasinya, Gus Dur sering menggunakan bahasa lugas, namun menyimpan makna tersembunyi. Ia menggunakan simbolisme dan metafora untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam. Dari ketiga sosok tersebut kita bisa ambil sisi pentingnya, sebagaimana dalam cerita Mas Din menonjolkan keunikannya dengan khas karakternya dalam menjalankan sebuah bisnis, pada cerita Mr. Bean yang pada pementasannya memiliki karekter aneh dan lugu, tetapi sebenarnya pada kehidupan nyatanya ia memiliki pribadi yang unggul dari segi intelektualnya. Tak kalah penting, satu tokoh lagi yaitu Gus Dur dengan keunikannya identik dengan humor-humor yang lucu yang sebenarnya mengandung makna yang dalam, yang mungkin tidak masuk akal.

Dalam era globalisasi yang terus berkembang, pengaruh teknologi dan informasi sangat memengaruhi cara hidup masyarakat, termasuk pola pikir dan perilaku generasi muda. Fenomena seperti sikap ikut-ikutan dan ketertarikan pada hal-hal yang unik menjadi ciri khas zaman ini. Melalui contoh tokoh-tokoh seperti Mas Din, Mr. Bean, dan Gus Dur, kita dapat melihat bagaimana keunikan individu dapat menjadi kekuatan dalam beradaptasi dengan perubahan zaman. Dengan kreativitas dan inovasi yang baik kita dapat kembali memperkenalkan budaya-budaya lokal dalam kancah internasional. Mas Din menunjukkan bagaimana karakter yang khas dapat menarik perhatian dan menciptakan peluang baru, sedangkan Mr. Bean menghadirkan keanehan tingkahnya yang sederhana namun efektif untuk menyampaikan pesan dan menghibur banyak orang. Di sisi lain, Gus Dur menegaskan pentingnya pendekatan kreatif dan humoris dalam berkomunikasi, yang dapat melintasi batasan budaya dan etnis. Ketiga sosok ini menggambarkan bahwa dalam menghadapi tantangan globalisasi, keunikan dan kreativitas adalah kunci untuk menciptakan dampak positif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghargai dan mengembangkan keunikan masing-masing, sambil tetap beradaptasi dengan perubahan yang ada. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan berdampak, baik bagi diri sendiri maupun masyarakat. Maksud dari semua ini adalah kita dituntut untuk berkarya dan berkreasi dalam menjalani pekerjaan, tanggung jawab, profesi, dan usaha apa pun untuk bisa menjadi inovasi, dan bisa kreatif dalam persaingan di kancah internasional dan mengembalikan nilai-nilai budaya lokal agar dapat mengatasi maraknya globalisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline