Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Azies Rachman

Hamba Allah SWT yang sangat mengharapkan ampunan-Nya

Secercah Harapan di Balik Pengampunan

Diperbarui: 5 November 2024   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AI Pribadi

Laki-laki Bani Israil itu telah membunuh banyak jiwa sepanjang hidupnya. Tanganya telah terbiasa berlumuran darah, jiwanya senantiasa haus akan kekejaman dan nuraninya tumbuh di atas dasar kegelapan dari liang kejahatan. 99 orang telah tumbang mengenaskan akibat perbuatanya. Orang-orangpun melabelinya sebagai pembunuh berdarah dingin. Namun sekejam dan senekat itu tingkah buruknya, ternyata masih terselip rasa penyesalan dalam dada. Karena bagaimanapun dosa telah membuatnya gundah gulana, jiwanya tak tenang dan menjadikan hidupnya berantakan.

Hingga kemudian langkah kakinya terhenti pada seorang ahli ibadah yang ia anggap dapat menyelesaikan kegalauanya selama ini. Niat hati bertanya pada si rahib terkait dengan status dirinya apabila bertaubat, akankah Sang Tuhan mengampuni dosa-dosanya? Namun ternyata jawaban ahli ibadah itu tak senada dengan harapanya. Ia menjawab bahwa dosa-dosanya terlalu berat sehingga tak mungkin baginya menjadi pentaubat. Tuhan tak mungkin mengampuni dosa-dosanya. Sontak saja, iapun menjadi gelap mata dan perasaanya menjadi tak tentu arah. Kemarahanya memuncak dan si ahli ibadah itupun menjadi sasaran keburukanya. Ia menjadi tumbal keganasan murkanya dan gugurlah seketika. korban ke 100 yang menggenapi kejahatanya selama ini.

Namun lagi-lagi rasa bersalahnya muncul dan kegalauanya semakin membuatnya tak tenang. Iapun mencari jawaban kembali hingga langkahnya terhenti di hadapan seorang laki-laki. Alim nan faqih yang reputasinya sebagai hamba yang sholeh sudah sangat masyhur bagi kaumnya. Kembali ia bertanya terkait dengan statusnya sebagai durjana yang telah membunuh 100 nyawa. Akan tetapi jawaban kali ini dari sang Alim sungguh berbeda dan meneduhkan perasaanya. Sang Alim menyampaikan, bahwa Allah SWT akan menerima taubatnya dan iapun memerintahkan agar ia berhijrah dari tempat tinggalnya yang penuh dengan maksiat menuju ke tempat yang penuh dengan orang-orang ta'at.

Lega rasanya kali ini perasaan laki-laki pembunuh itu usai mendengarnya. Seperti angin teduh yang meniupnya dengan lembut dan membuat jiwanya penuh kesegaran baru. Kemudian iapun mantap melangkah menuju tempat sebagaimana diarahkan sang Alim. Namun belum sampai ia menuju tempat yang dituju, takdir berkata lain. Ajal menjemputnya terlebih dahulu. Nyawanyapun kemudian meregang tercabut malaikat maut.

Pasca kematiannya, kemudian dua malaikat memperebutkanya. Malaikat adzab dan malaikat rahmat. Mereka saling berselisih paham tentang nasib dan masa depan si pemilik nyawa. Malaikat adzab beralasan bahwa dosanya terlalu banyak dan ia tak pernah berbuat kebaikan hingga seharusnya ialah yang menangani ruh tersebut. Tapi malaikat rahmat menyanggahnya bahwa ia sedang menuju tuhan dalam rangka pertaubatan.

Dalam perselisihan dua malaikat itu, datanglah malaikat lain menjadi hakim bagi keduanya. Malaikat tersebut memerintahkan agar mengukur jarak antara jenazah ke arah manakah ia lebih mendekat. Apakah ke arah maksiat ataukah ke arah ta'at. Ternyata setelah dilakukan pengukuran, ia lebih dekat dengan tempat kebaikan daripada tempat kejahatan. Malaikat rahmatpun akhirnya yang menangani ruh tersebut. Sang Durjana yang telah membunuh 100 nyawa, ternyata berakhir pada jalan taubat yang dinaungi malaikat rahmat.

Kisah tersebut sudah selayaknya menjadi pemantik bagi kita untuk senantiasa semangat dalam bertaubat. Tak ada manusia yang sempurna. Setiap kita pasti pernah salah. Hidup dalam masa lalu yang kelam, pernah menjalani cara yang tidak semestinya atau terlena dalam perbuatan nista. Pengharapan ampunan adalah jalan satu-satunya dalam pengguguran dosa tersebut.

Rahmat Allah SWT amat luas hingga membentang raya. Karena segelap apapun masa lalu, selalu ada masa depan yang lebih cerah menanti, yang Allah SWT siapkan bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa harapkan ampunan. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita dan menutup usia kita dalam keadaan husnul khotimah. Amin Allahumma Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline