Dalam suatu wawancara Tahun 2013 lalu, Kepala SKK Migas (yang waktu itu adalah Rubi Rubiandini) mengungkapkan bahwa Indonesia kekurangan ahli perminyakan padahal potensi minyak Indonesia begitu besar. Dia mengungkapkan kebutuhan minyak meningkat sementara pengeboran sumur minyak baru minim. Pengoboran tidak dilakukan karena kita tidak memiliki tenaga ahli dan kalaupun ada kebanyakan tenaga ahli kita bekerja pada perusahaan minyak asing dengan bayaran USD 1500- USD 2500 (atau sekitar 15 juta-25 juta per hari), siapa yang tidak tergiur dengan angka sebanyak itu.
Jika kita melihat Perguruan Tinggi yang membuka jurusan Teknik Perminyakan di Indonesia, memang sangat minim dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia yang belum di eksplor. Menurut data yang saya dapat (pencarian di internet yang saya lakukan) hanya ada delapan Perguruan Tinggi yang membuka Jurusan Teknik Perminyakan. Perguruan Tinggi tersebut adalah ITB, TRISAKTI, UPN, Univ Islam Riau, Univ Proklamasi 45, Sekolah Tinggi Teknologi Migas Balikpapan, Akademi Minyak dan Gas, ITSB Cikarang Bekasi. Angka ini tentu saja tidak sebanding dengan potensi alam yang kita memiliki, produksi kita menurun karena belum dibukanya sumur minyak yang baru karena kekurangan tenaga ahli.
Smentara itu pemerintah kita lebih percaya pada KKKS Asing daripada KKKS Lokal, mungkin karena keahlian tenaga ahli lokal kita masih minim dan investasi yang dibutukan begitu besar yang bisa mencapai ratusan trilliun rupiah. Maksud pemerintah mungkin baik karena investasi yang dibutuhkan untuk satu kali pengeboran begitu besar dan apabila gagal tentu kerugiannya mencapai ratusan juta dolar, dan kerugian itu ditanggung sendiri oleh KKKS. Daripada perusahaan lokal yang rugi lebih baik perusahaan asing yang rugi seperti yang dikatakan Jero Wacik (Mentri ESDM sebelumnya)
Permasalahan di atas tidak bisa kita biarkan berlarut-larut. Kita tentu tidak mau terus tergantung dengan kontraktor asing yang bisa dikatakan mendominasi industri hulu migas kita. Padahal negeri kita memiliki begitu banyak SDM yang berkualitas hanya saja belum dikelolah dengan baik.
Hal diatas tentu bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi semua pihak yang menginginkan agar SDM dan Industri hulu migas lokal kita meningkat. Tetapi Pemerintah harus menjadi promotor untuk itu semua. Setidaknya hal inilah yang harus dilakukan Oleh pemerintah dan pihak yang terkait pada industri hulu migas kita.
1. Pengembangan sumber daya manusia melalui program training kepada tenaga kerjadalam negeri;
2. Pelaksanaan pekerjaan/produksi barang/jasa di dalam negeri untuk kegiatan usaha hulu migas, industri dalam negeri mengutamakan penggunaan produk dalam negeri;
3. Pengunaan subkontraktor dalam negeri oleh kontraktor Utama kegiatan jasa terintegrasi
Dalam usaha peningkatan kapasitas nasional tersebut, seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan rantai suplai kegiatan usaha hulu migas harus memiliki semangat dan tujuan yang sama, yaitu:
Mengutamakan penggunaan produk barang/jasa dalam negeri;
Meningkatkan peran perusahaan/industri dalam negeri;
Meningkatkan peran dan kompetensi SDM/tenaga kerja dalam negeri;
Menciptakan multiplier effect yang lebih besar, baik bagi perekonomian daerah operasi maupun bagi perekonomian nasional
Sekilas tentang SCM Summit
SCM (Suplay Chain Management) Summit adalah kegiatan Tahunan yang diselenggarakan oleh SKK Migas. Kegiatan ini mempertemukan para pengelola rantai suplay migas seluruh Indonesia, pejabat pemerintahan, dan para pemimpin bisnis seluruh Indonesia untuk mendiskusikan isu-isu terbaru terkini dan tantangan dalam industri, serta regulasi, pendekatan inovatif dan perubahan paradigma pengelolaan rantai suplai.
SCM Summit akan diselenggarakan pada tanggal 14-16 April 2015 di Jakarta Convention Center. Tema kegiatan ini adalah "Empowering National Capacity through Strategic Supply Chain Management in Upstream Oil & Gas Industry’’ . Acara ini menghadirkan pemateri dari berbagai stakeholder diantaranya dari SKK Migas, PERTAMINA, Chevron, Petronas Malaisya, Mentri ESDM, Mentri Perindustrian, dan juga dari kalangan akademisi.
Momentum SCM Summit ini sangat penting untuk merumuskan kembali bagaimana sdm dan industri hulu migas kita ini terkelolah dengan baik dan berpihak pada sdm dan industri lokal. Kegiatan ini mempertemukan para stakeholder mulai dari pelaku bisnis sampai pengambil keputusan dari pihak pemerintah shingga pertemuan besar ini dapat betul memberikan solusi bagi ketersediaan minyak kita dan juga sdm lokal kita khususnya pada industri hulu migas.
Saya sudah melihat agenda acara SCM Summit, dimata disitu terdapat pihak dari pemerintahan yang juga akan membawakan materi diantaranya Bapak Sudirman Said (Mentri ESDM) yang membawakan materi “Arah Kebijakan Pengembangan Industri Penunjang Migas dalam Rangka Pencapaian TKDN yang tertuang dalam Roadmap”. Selain Mentri ESDM, Mentri Perindustrian juga turut membawakan materi yang berjudul “Kebijakan memperdalam striktur industri penunjang hulu migas”. Dimana dari pemaparan dari pemerintah diharapkan ada upaya keberpihakan pada peningkatan kualitas SDM Lokal.
SUMBER
http://www.scmsummit.co.id/about
http://migas-indonesia.com/2013/06/sdm-ri-kekurangan-tenaga-perminyakan-bagian-1.html
http://berita2bahasa.com/berita/01/1013112-kontraktor-lokal-kalah-bersaing-dengan-kontraktor-kkks#sthash.2Y18NQMA.dpuf
https://perioksida.wordpress.com/2013/01/24/ahli-migas-indonesia-kekurangan-tenaga/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H