Perkembangan teknologi industri berkembang dengan sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini diiringi dengan adanya revolusi industri 4.0 yang mana merupakan fenomena industri yang ditandai dengan perkembangan teknologi otomasi dan pertukaran data.
Perkembangan teknologi ini tentunya mengubah cara hidup manusia dalam berbagai jenis aspek. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri 4.0, dunia industri dan pekerjaan manusia telah banyak mengalami perubahan. Banyak pekerjaan yang telah tergantikan perannya oleh robot dan kecerdasan buatan.
Kehidupan sehari-hari masyarakat modern tidak jauh dari bantuan robot dan kecerdasan buatan. Robot dan kecerdasan buatan sudah merambah ke berbagai bidang kehidupan, mulai dari bidang kesehatan, transportasi, pertahanan, edukasi, entertainment, dan industri manufaktur.
Dalam bidang Industri manufaktur, perkembangan teknologi dapat kita lihat dengan adanya penggunaan mesin-mesin dan robot dalam proses produksi. Proses produksi yang semula dilakukan secara manual dengan tangan manusia, mulai beralih ke proses produksi otomatis dengan menggunakan mesin-mesin dan tangan robot. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dan negatifnya tersendiri. Sisi positifnya antara lain seperti, kemudahan dalam bekerja, efisiensi dan efektifitas pekerjaan, serta hasil produksi yang lebih banyak dan lebih berkualitas.
Meskipun begitu, salah satu dampak negatif terbesar dari perkembangan teknologi tersebut adalah adanya resiko peningkatan pengangguran akibat tergantikannya peran buruh oleh robot. Selain itu juga ada resiko penurunan daya saing tenaga kerja yang tidak mampu beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman.
McKinsey berpendapat bahwa 850 juta buruh di berbagai negara maju akan kehilangan pekerjaan mereka, tidak hanya itu namun pekerjaan digital dipercaya dapat menyumbangkan 2,7 triliun dolar Amerika Serikat terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) global pada tahun 2025 (McKinsey Global Institute 2015)
Tergantikannya tenaga kerja manusia oleh robot, tidak hanya berdampak pada buruh industri manufaktur. Banyak jenis pekerjaan yang juga beresiko tergantikan perannya oleh robot dan mesin. Hal ini dikarenakan revolusi industri 4.0 tidak hanya mempengaruhi perkembangan teknologi industri, akan tetapi juga mempengaruhi perkembangan teknologi di berbagai bidang kehidupan lainnya, bahkan pada bidang-bidang yang membutuhkan kecerdasan manusia sekalipun.
Para peneliti di Frey dan Osborne (2013) menerbitkan studi yang menjelaskan mengenai kemungkinan komputerisasi untuk pekerjaan-pekerjaan yang ada. Dari sekitar 700 pekerjaan, mereka mengkategorikan sepuluh pekerjaan yang paling berisiko teratas yang memiliki peluang 98-99 persen untuk diotomatisasi di masa mendatang, pekerjaan tersebut diantaranya: telemarketer, penguji judul, abstraktor, pencari berkas, penjahit, teknisi matematika, petugas asuransi, teknisi jam, agen kargo, pengiriman, petugas pajak, dan operator mesin pengolahan.
Resiko lain dari fenomena revolusi industri 4.0 adalah meningkatnya ketimpangan ekonomi antara para pemilik modal dengan kaum buruh seiring dengan bertambahnya keuntungan para pemilik modal dan berkurangnya peran tenaga kerja manusia akibat dari otomasi industri melalui penggunaan robot dan kecerdasan buatan.
Penggunaan mesin dan robot yang mampu bekerja secara otomatis dan lebih cepat daripada tenaga manusia, tentunya sangat menguntungkan bagi para kapitalis yang hanya memandang efisiensi dan keuntungan semata.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa revolusi industri tentunya membawa banyak perubahan dalam pekerjaan manusia, khususnya dalam bidang industri. Segala jenis pekerjaan mulai menerapkan penggunaan mesin dan komputer untuk mencapai otomasi.