Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Asmar Joma

Mahasiswa Universitas Sunan Klijaga

Nabi Sang Tokoh Pembebas

Diperbarui: 1 November 2024   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Artguru.ai

Mengapa harus pembebasan? Dan untuk apa ? Kehadiran Nabi Muhammad sebagai kehendak untuk membebaskan manusia dalam ketimpangan yang melanda umat manusia. Nilai kesetaran di tawarkan oleh-Nya sebagai prinsip kesamaan, kerukunan, kedamaian dalam menjalankan kehidupan yang lebih bermakna tampa ada kekerasan. 

Lebih jauh melihat gerakan pembebasan perlu adanya mengetahui sebuah kondisi sosial, politik, relegius, budaya dan juga ekonomi yang sedang berlangsu pada saat itu. Sangatlah penting sebelum lebih jauh membahas gerakan pembebsan nabi. Sebenarnya gerakan pembebasan berangkat dari kondisi itu. Maka kita perlu melihat kondisi sosio-politik dan sosio-cultural dengan begitu kita dapat membaca lebih jauh gerakan pembebesan yang dilakukan oleh Nabi Muhamamd, sebab bagian terpenting di atas merupakan rumusan signifikan nabi Muhammad sebagai tokoh pembebas 

Asgar Ali Engineer dalam karyanya Islam dan Teologi Pembebasan, mejelaskan secara komprehensif dan kritis tentang Muhammad sang pembebas , menganalisi kondisi yang terjadi pada saat itu sebelum hadirnya nabi di tengah-tengah masyarakat Arab Pra-Islam. Asgar membedah konteks sosio-cultural masyarakat Ara Pra-Islam serta secara objektif memberikan cara pandang baru kepada pembaca untuk melihat nabi sebagai seorang yang bukan saja sebagai utusan tetapi juga filisuf dan aktivis yang terang-terang turun lapangan dalam menjawab krisis ekonomi, politik juga sosial.

 Dalam  tradisi keagamaan, nabi bukan hanya sekadar pembawa wahyu, tetapi juga sebagai tokoh pembebas yang membawa pesan keadilan, pengharapan, dan perubahan. Dalam konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya saat ini, penting untuk menggali kembali pemahaman ini, terutama melalui lensa teologi pembebasan. Teologi ini menekankan bahwa iman harus berkontribusi pada pembebasan dari berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan.

 Kehadiran Islam tidak hadir pada ruang yang kosong, melainakan sebuh proses untuk menjawab tatangan yang ditandai dengan ketidaksetaraan, ketidakadilan serta pertentangan atas nilai kemanusiaan saat itu. Secara langsung saya ingin kata bahwa kehadiran Islam yang dibawah oleh Nabi Muhammad merupakan sebuh nilai yang ditawarkan untuk menjembatani manusia pada perjumpaan solidaritas tampa kekerasan, nilai itu diajukan atas dasar membebasakan manusia dari krisis yang sudah saya sampaikan diatas. Namun faktanya hari ini, seola kita merasa bahwa Islam hanya hadir pada runag ritulitas semata. Bukan berarti hal demikian dipisahkan pada ruang metafisik Islam. 

Juga bukan berarti kita melepaskan tanggujawab social yang secara wajib dituntut oleh Islam, konsep amar ma'ruf nahi munkar adalah bagian penting yang bukan saja dipahami pada ruang amaliah semata, melaikan nilai itu harus dibahwa dalam bentuk praktik perjuangan dalam melawan kezaliman yang merugikan manusia. Bukankah membiarkan rakyat kecil lapar dan berada dalam pemiskinan atas kebijakan negara juga bagian dari menghina agama. Islam menuntut kita untuk jujur melihat fakta sosial saat ini, juga jujur dalam untuk menjawab itu.

Konteks Sosial dan Penindasan

Di era modern ini, kita melihat banyak masyarakat yang terperangkap dalam lingkaran kemiskinan, ketidakadilan, dan penindasan. Krisis sosial yang disebabkan oleh diskriminasi, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia sangat nyata. Dalam konteks ini, Nabi sebagai tokoh pembebas memiliki makna yang mendalam. Nabi bukan hanya figur yang memberikan petunjuk spiritual, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap sistem yang menindas. Sebagai contoh, ketika kita merujuk pada ajaran Nabi dalam konteks teologi pembebasan, kita bisa melihat bagaimana pesan-pesan itu tentang keadilan dan empati dapat menjadi pendorong bagi gerakan sosial yang berjuang untuk hak-hak yang terabaikan. Dalam tradisi Islam, misalnya, nabi Muhammad SAW dikenal karena perjuangannya melawan ketidakadilan sosial di masyarakat Quraisy. Ini menunjukkan bahwa nabi berfungsi sebagai perantara yang tidak hanya membawa wahyu, tetapi juga mengadvokasi perubahan sosial.

Ketika kita menyoroti aspek politik, penting untuk mengakui bahwa banyak rezim otoriter mengklaim legitimasi religius untuk mempertahankan kekuasaan mereka. Dalam konteks ini, teologi pembebasan menantang para penguasa untuk tidak menggunakan agama sebagai alat penindasan. Sebaliknya, nabi harus dilihat sebagai figur yang berani menantang otoritas yang menindas, menciptakan ruang untuk suara-suara yang terpinggirkan.

Di banyak negara, kita masih melihat perjuangan melawan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah yang otoriter. Dalam konteks ini, figur nabi seharusnya menjadi inspirasi bagi gerakan pro-demokrasi dan keadilan. Pesan nabi tentang keadilan sosial dapat menjadi dasar untuk mengadvokasi hak asasi manusia dan menuntut pertanggungjawaban dari para penguasa. Di ranah ekonomi, ketidakadilan dan kesenjangan semakin mencolok. Dalam masyarakat di mana kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang, pesan nabi tentang redistribusi dan tanggung jawab sosial menjadi sangat relevan. Teologi pembebasan mengajak kita untuk menyadari bahwa iman tidak dapat dipisahkan dari tindakan sosial dan ekonomi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline