Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Asfani

Guru bahasa Indonesia di SMAN 37 Jakarta

Pemimpin Pembelajaran: Pelayanan Murid Melalui Optimalisasi Aset Sekolah

Diperbarui: 3 November 2022   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi pribadi

SIMPULAN TENTANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Guru penggerak memiliki nilai dan peran penting dalam pembelajaran. Salah satu peran guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus mampu mendorong Wellbeing ekosistem pendidikan sekolah. Ekosistem sekolah yang bersumber pada nilai-nilai kebajikan universal akan menumbuhkan budaya positif. Budaya positif tersebut akan membantu proses tumbuh kembang murid dalam upaya menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus kreatif dan inovatif dalam mengelola sumber daya yang ada. Dalam mengelola sumber daya, seorang pemimpin harus menekankan pada potensi yang dimiliki. Pendekatan yang dapat digunakan adalah Pendekatan Berpikir Berbasis Aset (Asset-Based Thinking) yang merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir yakni memusatkan perhatian pada segala hal yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Dengan menggunakan pendekatan berpikir berbasis aset, guru tidak akan menjadikan kelemahan sebagai hambatan, tetapi akan fokus pada aset yang bisa dikembangkan dan dikelola menjadi sumber daya untuk melejitkan potensi murid.

Pendekatan berbasis kekurangan atau masalah dan pendekatan berbasis aset memiliki beberapa perbedaan. Pendekatan berbasis kekurangan atau masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: fokus pada masalah atau isu, hanya berkutat pada masalah utama, mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan-selalu bertanya apa yang kurang, dan merancang program hanya ketika terjadi masalah. Pedekatan berbasis aset memiliki ciri-ciri sebagai berikut: fokus pada aset dan kekuatan,membayangkan masa depan, berfikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasi sumber daya, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, serta melaksanakan rencana aksi dengan konsisten.

Selain menggunakan Pendekatan Berpikir Berbasis Aset dalam menemukan, menggali, dan memetakan potensi yang ada, pengelolaan sumber daya juga secara praktis dapat dilaksanakan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA). IA menjadi sebuah paradigma yang bertumpu pada prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Hal positif tersebut dapat menjadi kekuatan yang berharga untuk mengembangkan potensi sekolah. Manifestasi  pendekatan Inkuiri Apresiatif sebagai manajemen perubahan diimplementasikan melalui tahapan yang disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi)

KORELASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA YANG TEPAT DALAM MEMBANTU PROSES PEMBELAJARAN MURID MENJADI LEBIH BERKUALITAS

Implementasi BAGJA dalam kegiatan di sekolah dapat dimulai dengan perubahan visi dan misi sekolah yang berpihak pada murid dengan bersandar pada penguatan profil pelajar Pancasila.  Visi yang mantap akan menjadi tuntunan semua warga sekolah untuk merealisasikan sekolah impian bersama. Dalam konteks kelas, guru dapat mengoptimalkan seluruh aset  kelas untuk meningkatkan layanan kepada murid sehingga mereka dapat terpenuhi kehidupan belajaranya. Masyarakat juga dapat diajak untuk kolaborasi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, seperti, menjadi narasumber, melakukan sosialisasi praktik baik atau secara berkala membantu murid dalam kegiatan observasi lapangan dalam tugas proyek murid.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Contohnya, kurikulum menunjuk guru yang cakap dan terampil untuk menjadi pembembing dalam kegiatan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Dengan modal fisik yang dimiliki sekolah dan modal manusia yang tepat,  murid akan mampu mendapatkan pemahaman yang baik terhadap proyek yang akan dilakukan. Hal tersebut akan mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap kualitas murid.

KONEKSI ANTARMATERI

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Filosofi ini memiliki makna mendalam ketika dikaitkan dengan pengelolaan sumber daya sekolah. Sebagai guru penggerak, sudah seyogiyanya menyediakan semua sarana dan wahana yang mendukung murid terpenuhi kebutuhan belajarnya sehingga visi sekolah impian dapat tercapai. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi semua sumber daya pendukung  kegiatan pembelajaran. Identifikasi tersebut meliputi: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan atau alam, modal finansial, modal politik, serta modal agama dan budaya.

 Modal-modal tersebut akan dapat menjadi bagian penting dalam menunjang pembelajaran berdiferensiasi dan PSE yang dilaksanakan di sekolah. Dengan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE, kebutuhan belajar murid dapat terakomodasi. Hal ini mengindikasikan bahwa keberpihakan sekolah terhadap murid benar-benar berwujud melalui aksi nyata yang dilakukan oleh sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline