Waktu harus menyerah pada ikrar
Karena akhir, semua jendela indera terbuka lebar
Memusat pada perkataan dan kenyataan
Bila menyeleweng, kata-kata sudah tentu teriris
Keindahan sudut kota menyudutkan jarak dan waktu
Semua akan terungkap lepas disini, amarah sambil asmara berdansa di lidah
Riuh tak mengenal siapapun dia
Begitu melepas kata, ringan layak kapas
Dengan dalil menjadi portal agar kemarin tak lebih baik sekarang
Namun apalah daya? seakan termakan percuma
bahasa-bahasa berisi kepalsuan
Harapan-harapan hanyala kekosongan,
Kenyataannya, seringkali melalui tanpa aksi
Akibatnya tiada beda, meski kebenaran sudah dituntut pada perang saraf
Dimanakah perubahan?
Riryvory
Allang_Minggu 28 Januari 2024