Lihat ke Halaman Asli

Hikayat 'Melowaf'

Diperbarui: 12 Mei 2024   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat sedikit waktu diseduh untuk bersua, nada-nada kerinduan terangkat, atas sekian lama diguyur. Akhirnya musim berganti.


Langit cerah, angin menyelir tiada redah.
Dibawah tarian daun, cerita mengalir deras,
Apalagi usai Wayang bertanya "mengapa kita jarang meluangkan waktu seperti ini?"

"Kehidupan begitu sibuk, didepan layar, semua terhipnotis." Jawab melodi

Sebelum peristiwa ini, Entah rasanya seperti apa?
Ketika duduk melingkar, meneguk ramuan yang diracik F'minor, semua menjadi ajaib, dunia berubah seketika.

Kebebasan, cinta dan mati menjadi butir-butir cerita. Disaat pembahasan memanas, canda hadir untuk bertukar senyum. Meski pikiran berperang, tapi detik pergi membawa perasaan sangat cinta.

"Ternyata keindahan sesederhana ini" ujar seorang perangkum diksi atau dikenal dengan Aksara. "kita harus melakukan ini lebih sering" lanjutnya sambil menoleh F'minor.

Bola matanya tampak berharap, seperti tak mau ditelan waktu. Sungguh beda, tapi seperti keluarga yang menekuni rindu masa bersama.

"Selama masih bisa melihat langit dan mendengar bisingnya jalan raya, itu sudah pasti bro," ujar F'minor

"Tak usah khawatir sob, masih banyak misteri belum kita ungkap," sahut Melodi.

Tak lama, Wayang bicara, "Sesekali kita membahas tentang kisah kerajaan dibawah bukit sepi, katanya kerajaan itu runtuh karena kekonyolan kaum puruanisme (baperan) dan egoisme."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline