The Hidden Paradise disematkan kepada Ekowisata Tangkahan. Semua daerah di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Penyematan surga yang tersebunyi bagi Tangkahan memang pantas, karena Tangkahan memiliki panorama yang indah. Dipisahkan dengan sungai kita bisa menyaksikan bagaimana TNGL tersebut sangat indah. Dari penginapan Green Lodge Tangkahan kita bisa menyaksikan pohon-pohon yang beranekaragam.
Semilir angin di sore hari menusuk sampai ke tulang, suara aliran sungai nilai plus bagi Tangkahan. Dari jejauhan kita juga bisa menyaksikan fauna seperti burung dengan suara yang beranekaragam terbang dari satu dahan ke dahan lain. Fauna lain seperti monyet menjadi daya tarik sendiri sore itu mengawali tahun 2020 di Tangkahan.
Saat bersamaan tepat pukul 16.00 WIB kita bisa menyaksikan gajah yang hiling mudik dari Conservation Response Unit (CRU) Tangkahan yang terletak di Desa Nomo Sialang. Gajah-gajah tersebut menjadi nilai lebih, tidak hanya wisatawan dalam negeri, wisatawan mancanegara pun menjadikan Tangkahan daerah prioritas untuk liburan.
Wisatawan mancanegara sekelas Leonardo Dicaprio. Pemeran utama film Titanic tersebut pernah mengunjungi Tangkahan. Satu yang menjadi daya tarik yakni wisata memandikan gajah di sungai yang airnya jernih.
Jalan Buruk Rupa
Tangkahan memang bisa disebut 'surga yang tersembunyi' tetapi orang akan kapok ketika sudah mengunjungi Tangkahan. Apa alasannya? Infrastruktur jalan. Masyarakat yang datang untuk mengunjungi Tangkahan akan berpikir ulang untuk berkunjung dua kali. Padahal, keberhasilan sebuah promosi adalah orang datang, tetapi agar orang mau datang lagi itulah keberhasilan pengelola.
Promosi Tangkahan dinilai sudah berhasil, banyak orang yang datang. Tetapi untuk bisa datang lagi, Tangkahan sepertinya masih gagal. Coba lakukan riset sederhana, kalau kita datang ke sana, bisa tidak terdeteksi kunjungan kita itu kedua, atau ketiga. Semua tidak ada karena tidak ada sistem yang dibangun.
Kecanggihan teknologi belum termanfaat dengan baik, karena memang banyak SDM di Tangkahan belum memiliki skill bidang itu. Kalau pun ada merupakan buatan orang lain, pemuda di Tangkahan sendiri berdasarkan wawancara belum pernah mendapatkan pelatihan bagaimana mengelola website atau pemasaran digital.
Balik ke infrastruktur jalan, ada sekitar puluhan kilometer jalan menuju Tangkahan rusak parah. Bahkan, berbatu, beceh, dan berlumpur, belum lagi daerah tersebut sangat sepi dan tidak ada penerangan jalan. Jalan-jalan melintasi sawit juga tidak ada panduan kalaupun ada itu hanya kecil dan sudah beberapa km saja di Tangkahan untuk jalur besarnya pendatang akan kesulitan. Untung saja bisa memanfaatkan teknologi. Bagi yang belum familiar dengan teknologi tentunya akan kesulinta.
Inilah yang harus diperhartikan, infrastruktur jalan yang digenjot pemerintah pusat dengan membangun jalan tol dan membangun danau toba setidaknya harus bisa digeser ke pembangunan infrastruktur jalan ke Tangkahan sehingga Sumatera Utara memiliki banyak alternatif daerah kunjungan wisata selain Danau Toba. Bisakah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H