Muhammad Irfansyah Maulana merupakan Santri Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, berasal dari Sukabumi yang mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan Pascasarjana S2 dan S3 di Daegu Gyeongbuk Institute of Science and Technology, Daegu, Korea Selatan.
Irfan, begitu ia disapa, menceritakan pengalaman hidup di negara yang memiliki beban jam kerja tertinggi kedua di dunia itu.
Meski dengan banyak kendala yang dihadapi, Irfan tetap membulatkan tekat untuk menyelesaikan pendidikannya selama 5 tahun di Korea Selatan. Keinginannya melanjutkan pendidikan pendidikan di luar negeri muncul sejak tahun keempat dirinya mengenyam pendidikan S1 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
“Selepas wisuda pada Agustus 2020, Saya mengikuti seleksi penerimaan beasiswa di Korea Selatan dan alhamdulillah dinyatakan lulus pada Desember 2020. Tanpa diduga ternyata beasiswa tersebut menawarkan program integrated MS-PhD dimana saya akan mendapatkan beasiswa S2-S3 di Korea Selatan,” kata Irfan, Selasa (25/10/2022).
"Keberhasilan Saya ini tidak terlepas dari izin dan doa restu dari keluarga serta para guru dan kiai. Doa kiai dan guru menjadi salah satu hal yang penting dalam perjalanan hidup Saya," sambung Irfan.
Irfan menjelaskan bahwa sebelum beranjak je Korea Selatan, dirinya meluangkan waktu untuk datang bersilaturahim kepada kiai dan guru-guru di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya.
“Beliau-beliau sangat menyambut baik niat belajar Saya di luar negeri. Ada hal-hal yang dipesankan para Kiai kepada saya bahwa meskipun belajar jauh di negeri orang, jangan sampai melupakan amaliyah Ahlussunah wal Jama’ah yang harus sesantiasa sejalan dengan arah perjuangan NU,” kata Irfan.
Olehkarena itu, Irfan sampai saat ini mengabdikan diri untuk berkhidmah di NU dan dipercaya menjadi Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan.
Irfan menceritakan bahwa Korea Selatan dinekal sebagai Kota yang masyarakatnya sangat gila kerja (workaholic) terhadap setiap tugas yang dimilikinya termasuk dalam tugas akademik. Banyak ditemukan mahasiswa yang melakukan penelitian hingga larut malam, termasuk para dosen dan juga professor.
"Akhir jam kerja di sini adalah jam 6 malam, namun masih banyak dosen dan mahasiswa yang bekerja di kampus hingga larut malam. Ini yang membuat saya terbawa atmosfer yang sama meskipun awalnya merasa berat karena tidak terbiasa,” kata Irfan.