Dokter adalah profesi yang sangat diinginkan oleh banyak orang, entah karena dokter adalah penyelamat atau juga karena kontribusinya kepada dunia, tak hanya karna itu saja, mungkin orang bercita-cita menjadi seorang dokter karena gaji ataupun mampu menjamin masa depannya, namun kali ini kita akan membahas seorang tokoh hebat dari Sumatra Barat, tepatnya di Bukittinggi dan nama dokter tersebut adalah dr. Azlan Lelo PhD., SpFK,
"Uang memang segalanya, dan segalanya butuh uang, namun, uang tidak bisa membayar keiklasan hati seseorang"
"Tenaga medis seperti angin dan oksigen didunia, ia tak terlihat, namun ia selalu terasa dan selalu memberikan manfaat yang luar biasa"
Awal mula cerita ini di tanah Sumatera, dimana sosok hebat lahir didalamnya, dr. Azlan Lelo namanya, memulai karir didunia kedokteran pada tahun 1987, namun sebelum itu kita harus mengetahui perjuangan dari anak biasa menjadi seorang dokter yang luar biasa, lahir pada tahun 2 Desember 1951 di Bukittinggi, Pulau Sumatra, Awal dari segalanya, dimulai dari SD Taman Siswa Medan (1958-1963), lalu dilanjutkan dengan jenjang Pendidikan SMP (1963-1967), di SMP Taman Siswa Medan, Setelah menyelesaikan SMP, ia melanjutkan SMA di SMA Negeri Medan (1968-1970), Namun sebelum ia melanjutkan kejenjang kuliah, ia memiliki masalah biaya serta orang tuanya yang tidak setuju pada waktu itu, lantaran ekonomi keluarga yang sedang tidak baik (miskin), karena tekadnya ia diam-diam mengikuti test untuk masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dan hebatnya ia lolos test masuk Fakultas Kedokteran USU, Masalah hadir ketika ia pulang dan memberitahukan berita ini kepada orang tua nya, orang tuanya terkejut dan memberitahu bahwa mereka tidak sanggup untuk membiayai kuliahnya, mengingat bahwa pada saat itu, profesi dari orang tuanya adalah seorang tukang jahit, dengan rasa keterpaksaan mereka sempat menolak permintaan dari anaknya, namun dr. Aznan Lelo, menyakinkan orang tuanya untuk memberikan uang kuliah awal saja, sebagai bekal, setelah itu ia akan berusaha sendiri untuk melanjutkan masa studi nya, Melihat semangat dan kegigihan anaknya yang ingin sekali berkuliah kedokteran, membuat hati orang tuanya tersentuh dan memberikan bekal awal dari hasil kerja keras selama menjadi penjahit, dan uang yang orang tuanya miliki, dengan hati yang menggebu-gebu dan semangat yang semakin membara, membuat dr. aznan percaya bahwa ia mampu menyelesaikan Pendidikannya, dengan sebaik-baiknya.
Singkat cerita, waktu berlalu, kini dr. Aznan pun menempuh perjalanan awalnya, menuju cita-cita besarnya yaitu menjadi seorang dokter, ia berkuliah S1 di Universitas Sumatra Utara (USU) Fakultas Kedokteran, namun perjalanan menyelesaikan studi tidaklah mulus, ia harus berusaha keras untuk membiayai kuliahnya, mengingat bahwasannya orang tuanya hanya mampu untuk membiayai kuliah awalnya saja, membuat ia harus berusaha dengan tangannya sendiri, seperti salah satu perjuangannya yaitu menjadi seorang guru les privat anak SMA, tak tanggung- tanggung, ia mengajari 3 mata pelajaran yang cukup sulit sekaligus yakni Fisika, Kimia, dan Matematika, ketiga mata pelajaran tersebut bukanlah sesuatu hal yang mudah dipahami dan diajarkan, namun mengingat bahwa minat awalnya menjadi seorang sarjanan nuklir sehingga ia dengan mudahnya menguasai ketiga mata pelajaran tersebut, karena latar awal minatnya berkaitan dengan ketiga ilmu tersebut. Pekerjaan ini ia jalani dengan semangat perjuangan untuk menyelesaikan kuliahnya, karna ia bertekad untuk menolong orang banyak, sehingga mengharuskan ia untuk berjuang lebih keras dari yang lainnya.
Setelah menyelesaikan tahap awal sarjananya (S1) ia kemudian bertekad untuk melanjutkan Pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi, yakni pendidikan master (S2) namun niat baik serta jalan perjuangan nya tidaklah berjalan begitu mulus, ia mendapat tuduhan sebagai muslim ekstremis dari pemerintah sehingga perjalanan S2 nya tertunda 3 tahun lamanya, setelah lepas dari tuduhan itu ia melanjutkan kuliah di Australia. Beberapa tahun kemudian, ia menyelesaikan studi masternya lalu ia mengabdikan dirinya pada negara yang sempat menuduhnya sebagai muslim ekstrimis. kisah ini mengingatkan kita pada Sejarah kelam masa lalu di negara perancis yakni seorang pejuang Perempuan Joan of Arc (30 Mei 1431) yang berusaha untuk membawa kemenangan bagi negaranya, namun ia dituduh berkhianat kepada negara dan dijatuhi hukuman mati yang tidak bermoral dan manusiawi, dengan cara dibakar hidup-hidup didepan orang banyak, yang ia sendiri perjuangkan kemerdekaan nya. Kisah Sejarah kelam tersebut selaras dengan kisah dr. Aznan Lelo yang berjuang untuk memerdekakan kesehatan masyarakat Indonesia namun harus menelan pil pahit tuduhan negara pada waktu itu yang tidak berdasar sehingga menjatuhkan harkat dan martabat dirinya. Namun tak ada rasa benci dalam dirinya kepada negara ini, malah ia semakin berkontribusi lebih kepada negara, dengan keilmuan yang dimiliki oleh dirinya.
Sebelum melanjutkan kisah beliau, kita akan Kembali mengulas kisah masa-lalunya.
Tepat pada tahun 1951, lahir lah seorang anak laki-laki dari pasangan Ayah Linan St. Rajo Lelo dan Ibu Azimah Tamin yang diberinama Aznan Lelo, dari keluarga sederhana, dengan profesi sebagai tukang jahit, dr. Aznan dibesarkan dilingkungan keluarga yang mengajarkannya, tentang arti kebaikan, kejujuran, dan pengabdian, sehingga membentuk dirinya menjadi pribadi yang penuh dengan kasih sayang yang tulus dan rasa kepedulian yang tinggi, hal tersebut tergambar dalam cita-cita mulianya menjadi seorang yang berguna bagi banyak orang.
"Apa saja sakit, saya layani dan saya periksa. Seperti ada demam, sakit jantung ya saya periksa. Selama saya sehat dan mampu, saya tolong (pasien). Bila sudah larut malam dan mengantuk tapi datang pasien, saya bilang saya sudah ngantuk dan dianjurkan datang pada esok harinya. Jadi tidak ada paksaan," dr. Aznan Lelo
Awal mula keinginannya adalah menjadi seorang sarjana nuklir, namun keinginan tersebut terhempas oleh nasehat dari abangnya, yang cukup masuk kedalam hatinya, menembus perasaannya, Abangnya mengatakan "Kamu tidak harus melakukan sesuatu yang bisa membunuh banyak orang, lebih baik kamu membantu banyak orang, dalam artian bahwa lebih baik menolong orang daripada mencelakai orang" (tafsir bebas), sejak saat itu ia mengubah pandangannya, dan bertekad untuk berguna bagi banyak orang, dengan memilih jalan menjadi dokter, atau perawat, atau pengajar. Seiring berjalannya waktu, satu-persatu impiannya terwujud, ia menyelesaikan sarjana S1 di Universitas Sumatera Utara (USU) dan S2 nya di The Flinders University of South Australia. Bedford Park. Dan S3 nya di Universitas Sumatera Utara (USU).