Ketika berbicara tentang fenomena bullying, seringkali kita menemukan diri kita berada di berbagai posisi. Bisa jadi kita menjadi korban bully, menyaksikan kejadian tersebut, atau bahkan menjadi saksi bisu yang tidak turut campur.
Muncul pertanyaan di benak kita, apakah diam saat ada yang bully orang lain berarti mendukung perilaku tersebut?
Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk mempertimbangkan implikasi dari pilihan kita dalam merespons perilaku bullying. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai hal ini.
Bullying adalah tindakan agresif yang berulang-ulang terhadap seseorang yang lebih lemah secara fisik atau sosial, dengan tujuan untuk menyakiti atau mendominasi orang tersebut.
Bentuk bullying dapat beragam, termasuk penghinaan, pelecehan fisik, pengabaian, hingga penyebaran gosip yang merusak reputasi seseorang.
Sayangnya, bullying bukanlah hal yang jarang terjadi di lingkungan sosial, termasuk di sekolah, tempat kerja, dan bahkan di dunia maya.
Jika kita berada di posisi menjadi korban bully, maka tentu kita akan merasakan dampak negatif dari perilaku tersebut. Perasaan takut, rendah diri, dan depresi seringkali menjadi teman setia bagi para korban bullying.
Namun, bagaimana jika kita hanya menjadi penonton yang diam tanpa memberikan respon? Apakah itu juga merupakan bentuk dukungan terhadap bullying?
Sebenarnya, diam saat ada yang bully orang lain bukanlah tindakan yang sepenuhnya tanpa konsekuensi.
Secara tidak langsung, ketidaksukaan kita terhadap perilaku bullying dapat diartikan sebagai persetujuan atau toleransi terhadap tindakan tersebut.
Alih-alih mendukung bullying, diam saat bullying terjadi bisa dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian terhadap kesejahteraan orang lain.