Lihat ke Halaman Asli

Logikahancur.

Manusia biasa

Jean Baudrillard & Simulakra Media

Diperbarui: 11 Juli 2024   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Alangkah indah kalau kita sejenak mengkaji "fenomena realita di era post-modern" ini, banyak sekali paradigma-paradigma, yang lahir demi mengkaji manusia era postmodern, namun hal itu tidaklah gampang, karena berangkat dari perspektif untuk mengkaji kecendrungan manusia di era postmodern di saat ini, terus berubah sesuai dengan tantangan zaman. 

Berapa pendekatan yang dilakukan oleh filsuf dan ahli sosiologi, untuk mengkaji kecenderungan manusia diera post-modern ini, masih belum menemukan titik terang akan problematikanya, karena di era postmodern ini, manusia lebih statis bukan dinamis, sebut saja pendekatan yang dilakukan oleh filsuf tersebut adalah, Psikologi, Sosiologi, Antropologi, Linguistik, dan sebagainya. 

Istilah postmodern yang di tulis dalam opini ini, sebenarnya tidak lepas dari sebuah analisa untuk mencari  makna filosofis, sebagai antagonis dari kata postmodern, dan begitupun kata postmodern ini, tidak lepas dari kajian kajian kesenian, seperti humaniora, serta bangun bangunan, namun banyak filosof yang memberi istilah dari kata postmodern ini, " yaitu sebagai lawan dari budaya budaya tradisional, dimana budaya tersebut tidak memberikan nafas terhadap manusia kontemporer."

Kenapa demikian, karena kajian keilmuan hanya bekerja dalam tataran luar (Surfacestructur) bukan pada dalam struktur (Deepstructur),  dan problems kemanusian kini mengkristal, sesuai dengan perkembangan zaman, namun problems kemanusian tersebut masih dianggap hal yang biasa oleh peradaban manusia postmodern. 

Namun hal yang paling melekat di peradaban postmodern, adalah teknologi yang super canggih, dimana kelahiran teknologi ini, membuat manusia tambah gampang untuk mengenal peradaban dunia, sebut saja teknologi tersebut seperti, televisi, laptop, handphone sebagainya yang serba instan, hal paling krusial manusia postmodern tidak bisa mem filterisasi dan menyadari bahwa kedatangan teknologi, membunuh karakter, serta merubah sikap, dan tambah ironinya manusia postmodern, senang masuk dalam dunia yang penuh khayalan, dan jauh dari realitas kehidupan. 

Dan demikianpun manusia postmodern, hanya menjadi spectator dalam dunia khayalan, serta penikmat gaya hidup yang menakjubkan, dan tidak heran jika representasi dan interpretasi nya, manusia postmodern adalah "Ekstase" Media. Pada awalannya ekstase media hanya berdampak kepada pola pikir yang awalnya menjadi penonton, akan tetapi di era postmodern marak semua menjadi konsumeris, dal hal itu akan berdampak kepada pola pikir mental serta tindakan seperti apa yang sudah di sebutkan diatas. 

Ketika demikian maka saatnya dunia khayalan "(SIMULAKRA)" dan matinya dunia sosial karena dunianya mulai menjalar dalam kehidupan manusia yang terjebak dalam "(SIMULAKRA)", berangkat dari opini ini, saya akan menarik kepada perspektif seorang " Marxian" Yaitu : Jean Baudrillard : dimana ilmuan tersebut fokus mengkaji tentang kecendrungan manusia postmodern. 

Jean baudrillard adalah marxian dari prancis, dia lahir pada tanggal 1927, dan meninggal pada tahun 2007, jean baudrillard di pengaruhi oleh perspektif marxian, dimana lebih memfokuskan kepada persoalan ekonomi, karena Karl Marx dan Marxian tradisional juga fokus terhadap reproduksi, namun Baudrillard sedikit mereduksi pendapatnya Karl Marx, Jean Baudrillard menyampaikan bahwa teorinya Karl Marx, sudah tidak relevan untuk era postmodern, karena bagi Jean Baudrillard di era postmodern manusia tidak lagi ingin tahu menahu, apa yang namanya reproduksi, karena manusia postmodern lebih memilih untuk menjadi manusia konsumeris. 

Dan Jean Baudrillard juga menyampaikan bahwa di era  kapitalism orientasi manusia pada (Mode Of Production) akan tetapi di era postmodern orientation manusia pada (Mode Of Consumption), dan dari 2 (Dua) metode ini, manusia dijadikan objek, dan sebab objek objek tersebut masyarakat era postmodern, menemukan fungsi fungsi objek konsumer bukan kepada manfaat dari benda benda, melainkan tanda atau simbol yang disebarluaskan melalui iklan iklan gaya hidup masyarakat media. 

Dari semua ini, yang harus dilakukan oleh masyarakat posmo adalah untuk memanipulasi simbol simbol yang di sebarluaskan olen iklan iklan tersebut, namun jikalau masyarakat posmo tidak bisa memanipulasi simbol tersebut, atau tidak melihat realita, seperti perkataan "Isin pesan dikalahkan oleh pengemas pesan" Maka disitulah simulakra mulai menusuk kehidupan masyarakat. 

Perspektif Jean Baudrillard tentang simulakra yaitu : suatu konstruksi pikiran imajiner terhadap realita, tanpa melahirkan esensial realita itu sendiri, dengan istilah yang lain simulakra adalah instrumen yang mampu merubah, yang abstrak menjadi konkret, dan konkret menjadi abstrak. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline