Lihat ke Halaman Asli

Bi Atun

Diperbarui: 9 Februari 2024   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Bibiiii... kenapa baju olahragaku dicuci? Bibi kan tahu kalok hari senin aku olahraga dan ada penilaian?" Uni berteriak sekeras-kerasnya, hingga satu rumah mendengar teriakan Uni termasuk Bibi Atun. Mama dan Bibi Atun langsung menghampiri Uni yang sudah marah besar. Uni terus mengomel bahkan berkata kasar pada Bibi Atun namun Mama hanya diam. Bibi Atun juga diam mendengar omelan Uni tanpa menyahut sepatah kata pun. Uni pun masuk ke kamarnya dengan membanting pintu. Tak lama kemudian Mama datang dengan membawa baju olahraga bebas untuk Uni.

"Uni kamu bisa pakai baju olahraga bebas ini dulu sementara," ucap Mama lembut.

"Uni nggak mau, Maa... lagipula kenapa sih mama pasang pembantu yang sudah tua, semua pekerjaan kan jadi sering dia lupakan. Coba kalok pembantunya masih muda, gak akan seperti ini," Uni sangat kesal.

 Uni tidak mau dan tetap ingin memakai baju olahraga sekolahnya. Uni takut teman sekolahnya menertawakannya karna baju olahraganya yang berbeda.

"Iya Uni, mama tau kalau Bibi Atun sudah tua, ingatannya mungkin sudah mulai menurun dan pendengarannya juga sudah sangat berkurang.  Bibi Atun adalah orang yang sebatang kara. Dia tidak memiliki keluarga maupun saudara. Bibi Atun juga sangat setia pada mama sejak awal mama menikah. Kalau Bibi Atun mama pecat dia pasti akan kesusahan mencari pekerjaan untuk makan sehari-hari.  Mama tidak akan tega melihat Bibi Atun sengsara seperti itu," mama mencoba memadamkan amarah Uni.

Uni memasang kaos kaki dengan setengah hati. Akhirnya terpaksa membawa baju olahraga bebas itu meski ragu. Dalam perjalanan Mama menasehati Uni untuk tidak berkata kasar pada Bibi Atun karna beliaulah yang merawat Uni dengan sabar sejak bayi.

"Tapi Maa..." Kata-kata Uni terhenti.

"Ingat kisah Rasulullah?  Beliau sabar menghadapi kaumnya. Mau dibilang penyihir, pembohong bahkan dilempari batu sekalipun beliau tetap sabar dan memaafkan kaumnya. Kamu juga harus meneladani sifat Rasulullah yang penyabar juga pemaaf." Ucap mama meyakinkan hati Uni. Mendengar itu Uni langsung terdiam dan memikirkan kembali ucapannya pada Bibi Atun. Beberapa menit kemudian Uni sadar dengan perbuatannya tadi pada Bibi. Sekarang dia merasa sangat bersalah pada Bi Atun dan akan segera minta maaf padanya sepulang sekolah nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline