Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ali najafi

Pelajar sekolah

Peron Nomor 5

Diperbarui: 8 Juni 2024   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara decitan roda kereta dan rel yang saling bergesek memcah suasana hening di kepalaku kala itu

Di temani remang malam pukul 9 di ruang tunggu peron nomor 5 ku termenung

Dengan perasaan gundah gelisah ku tatap kembali jam tangan di lengan kananku

Berharap jarum jam nya berhenti seolah berhenti juga aku berpacu dengan waktu

Rintik demi rintik kecl hujan mulai perlahan turun mencium tanah 

Tubuh lelahku diselimuti hangatnya hoodie merah maroon pemberianmu kala itu..

Ku rasakan seperti  tangan mungilmu hadir dan memeluk ragaku dari belakang 

Terbitlah sekilap ingatan bahwa ini tentang Oktober menuju dirimu yang ku sebut "Pulang..." 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline