Tak heran terkadang ketika kita dalam kedudukan atau kekuasan yang tinggi kita mulai salah pemikiran, salah memberi keputusan seolah-olah hanya kita yang paling benar dan benar. Sadar-sadar wahai diri; engkau tak secerdas, sepintar, sebenar dan sehebat yang kau fikirkan, engkau hanyalah tetesan air di atas lautan, Lalu mengapa engkau merasa paling benar?? Sehingga orang-orang di sekitarmu pun merasa risih dan tak lagi mau dekat dengan dirimu, mungkin karena sifat egomu yang selalu merasa paling benar, so' paling pintar tak pernah mendengar kata orang,
Sedikit kata pembuka itu mulai membuka mata hati kita, terkadang kita sering menegur atau memberikan nasihat kepada orang lain, ya niat kita sih baik... Alhamdulillah niatnya sudah baik, Tapi !!! tapi tidak semua orang dapat menerima begitu saja niat baik kita, Terkadang orang yang kita nasihati merasa sakit hati atas apa yang kita lakukan.
itulah manusia, beda kepala beda juga isi pemikirannya...
kita harus memahami terlebih dahulu apa yang hendak kita berikan (Nasihat) kepada orang tersebut, agar orang itu merasa nyaman ketika berada dekat dengan kita, ini tentang perasaan/emosional seseorang agar tak tersakiti hatinya oleh kita namun nasihat kita di dengar dan sampai kepada dirinya.
Berjiwa membangun, ya itulah sifat yang harus di miliki oleh seorang pemimpin untuk memberikan nasihatnya agar dapat di terima, bukan dengan egonya sendiri, harus mengerti keadaan orang-orang yang dipimpinnya jangan memaksakan kehendak, karena ini yang akan menghancurkan citra seorang pemimpin, lalu harus penuh dengan sentuhan cinta ketika memberi nasihat ataupun putusan tanpa harus menggurui tentunya, tetap rendah hati namun tak merendahkan diri agar yang di pimpin pun merasakan cinta itu dan dia pun mencintai kita sebagai seorang pemimpin.
Berjiwa Membangun, haruslah di dasarkan pada keikhlasan agar tak ada kekecewaan ketika yang di pimpin oleh kita tak setuju dengan apa yang kita harapkan, terus menebar cinta meski torang lain tak pernah tau betapa pedih dan sakitnya menjadi pemimpin, jangan ceritakan kesedihan itu kepada mereka karena bukan itu yang ingin mereka dengar, mereka hanya ingin mendengar apa saja yang bisa membuat mereka bahagia, ceritakanlah kepada mereka, namun dengan Jiwa yang membangun tentunya...
Lelah!!! Memang lelah jika kita memikirkan kelelahan untuk menjadi seorang pemimpin, namanya juga pemimpin harus sigap di depan, harus siap menahan beban, Ini sudah fitrah jangan membantah karena ini adalah amanah, Coba kita lihat Rasulullah di masanya, Beliau seorang pemimpin hebat namun beliau tetap bersahabat , tanpa keluhan terus mengemban amanah itu sampai akhir hayat, bahkan ketika beliau pergi dari dunia ini beliau masih memikirkan ummat, beliau tak pernah mengeluh lelah... meskipun menurut kita lelah..
Berjiwa Membangun, kata ini harus benar-benar kita miliki, agar kita bisa membangun manusia-manusia yang berkualitas hingga tercipta negera yang Hebat tiada batas...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H