Lihat ke Halaman Asli

Menggali Potensi Musyarakah dalam Keuangan Islam

Diperbarui: 24 Juli 2023   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menggali potensi Musyarakah dalam keuangan islam
(Abdulloh Sayyid Addu'at, Nashrullah, Muhammad Al-Hafiz)

Keuangan berbasis syariah belakangan sedang mendapat perhatian yang dimata publik. Hal ini dikarenakan kepatuhannya pada prisip-prisip etika dalam islam. Dengan adanya keuangan berbasis Syariah ini membuka peluang-peluang baru dan alternatif dalam bidang perekonomian dunia. Instrument-instrument dalam keuangan berbasis Syariah ini ada berbagai macam.

Salah satu dari instrument tersebut adalah akad musyarakah, sebuah pengaturan berbasis kemitraan yang memiliki potensi besar untuk mempromosikan pembagian risiko yang adil dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Maka dari itu dalam artikel ini, kita akan mendalami konsep Musyarakah dan mengeksplorasi aplikasi potensialnya dalam keuangan Islam.

Sebelum kita lanjut kepembahasan utama, mari kita pahami terlebih dahulu tentang akad musyarakah. Akad musyarakah adalah suatu bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih (termasuk bank dan Lembaga keuangan lainnya beserta nasabah-nasabahnya) yang mengumpulkan modalnya untuk membuat suatu usaha atau perusahaan sebagai badan hukum yang tujuannya dalam hal ini adalah mencari profit. Keuntungan tersebut akan dibagi kepada semua pihak yang terlibat dalam akad tersebut sesuai dengan kontribusi modalnya yang mereka berikan masing-masing.

Salah satu keunggulan utama Musyarakah adalah potensinya untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan kewirausahaan. Dengan berbagi keuntungan dan kerugian, Musyarakah menyelaraskan insentif di antara mitra, menumbuhkan rasa kepemilikan dan komitmen terhadap keberhasilan usaha.

Walaupun Musyarakah menawarkan banyak manfaat, musyarakah juga menghadirkan tantangan. Masalah seperti pengambilan keputusan, kontribusi yang tidak setara, dan strategi keluar dapat muncul dalam perjanjian kemitraan. Namun, melalui penataan yang tepat, mekanisme tata kelola yang efektif, dan kesepakatan yang komprehensif, tantangan ini dapat diatasi dan dimitigasi, memastikan kemitraan yang adil dan berkelanjutan.  

Kesimpulannya, Musyarakah merupakan bagian integral dari kerangka keuangan Islam, mewujudkan prinsip-prinsip kerja sama, pembagian risiko, dan perilaku etis. Aplikasi potensialnya menjangkau berbagai sektor, menawarkan alternatif yang layak untuk pembiayaan berbasis bunga konvensional. Karena permintaan untuk keuangan etis terus tumbuh, mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi Musyarakah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline